kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

IHSG anteng LQ 45 terus melorot, investor perlu ganti jurus?


Jumat, 23 Juli 2021 / 13:30 WIB
IHSG anteng LQ 45 terus melorot, investor perlu ganti jurus?
ILUSTRASI. Edbert Suryajaya, Senior Investment Analyst Infovesta Utama


Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Djumyati P.

Kalau Anda sendiri bagaimana strateginya?

Kami sendiri secara internal ya ada coba bikin portofolio bayangan ya. Portofolio bayangan ini mix, ada yang value, ada yang growth. Jadi memang kami lebih suka yang sedikit mix. Kalau misalnya yang growth naik, kita tidak ketinggalan. Sebaliknya kalau growth-nya lagi turun value yang naik juga kita dapat. 

Kembali ini agak cocok-cocokan juga dengan karakter masing-masing investor. Kalau Anda fund manager, Investor institusi, atau investor ritel yang masih memegang pakem value investing, pertanyaannya Anda siap enggak lihat harga saham Anda enggak ke mana-mana dalam 1 tahun. Atau bahkan mungkin 2 tahun ke depan. Ya kalau misalnya Anda siap, mungkin Anda cocok dengan tetap sebagai value investing.

Kalau misalnya gerah, seperti misalnya fund manager kan akan dievaluasi kinerjanya. Wahgerah juga ya sekarang ini, kan yang lagi naik kencang saham-saham yang bukan value investing tadi. Saham-saham yang laporan keuangannya masih belum terlalu oke masih belum profit, tapi harganya sudah naik kencang. 

Jadi kembali kemasing-masing investor memegang filosofi tertentu itu apakah masih sesuai dengan kondisinya atau tidak.

Mix itu seperti apa komposisinya?

Kalau dari kami, tidak ada pakem yang khusus. Jadi misalnya saham-saham yang sesuai value investing, kita tetap berusaha identifikasi saham-saham mana untuk dipegang. Di mana dalam kondisi seperti sekarang susah. Karena saham yang under value ini bisa juga karena sektornya lagi under perform.

Kami juga coba identifikasi saham-saham growth. Cuma memang ada tantangannya di saham-saham growth ini. Kalau kita melihat dari kacamata investor institusi, memang saat ini sulit.  

Dalam arti sisi saham-saham growth ini naiknya bagus kencang, tapi laporan keuangannya jelek. Sementara kita masih hangat dalam ingatan, “ada masalah” dalam berinvestasi. Bagaimana itu mempertanggungjawabkannya? Ini kan mental barrier. 

Karena kan bicara prospek itu kan lebih sulit untuk dipertanggungjawabkan. Dibandingkan dengan saya beli saham yang secara kondisi memang sudah sehat, mungkin lagi turun. 

Ini kan ekspektasinya semuanya naik. Kalau enggak jadi naik bagaimana? Agak-agak sulit juga memang posisinya, dalam kondisi ini. 

Split-nya seperti apa, jujur saja kita enggak secara khusus merancang portofolio, mana yang kita rasa bobotnya lebih besar. Oh ini kinerja kita mau coba ditingkatkan, coba perbesar ke saham-saham yang growth. Tapi dengan catatan bahwa risiko portofolio kita juga akan meningkat. 

Saham yang tadi growth itu, meskipun mungkin harganya bisa naik tinggi, tapi pada saat yang sama juga kalau ternyata kondisi tidak sesuai ekspektasi. Ada return ada risk selalu seperti itu kan. Kita perbesar growth, risiko tentunya akan meningkat. Pemantauan harus lebih ekstra ketat. Kita juga respons harus lebih cepat. Konsekuensinya jadi seperti itu.

Bagaimana kita memilih saham di kategori growth yang bagus?

Kalau menurut saya  bisa dilihat sektornya dulu. Jadi kan saham-saham yang sekarang ini yang lagi naik kan, kalau kita lihat ada kesamaan, berbasis digital gitu. Saham-saham di sektor new economy itu kan disinyalir mereka yang akan “lebih resilient”. Mereka punya bisnis model ini kan dikembangkan dalam kondisi pandemik. Berarti bisnis model mereka sudah beradaptasi dengan pandemik. 

Sedangkan yang old economy sudah mature sudah semua SOP-nya sudah tertata kemudian terjadi disruption atau gangguan terhadap bisnisnya.Mereka keburu sudah stabil, mereka mau melakukan penyesuaian juga mungkin lebih lambat. 

Ya jadi evaluasi terhadap sektor itu menurut saya itu yang utama. Selanjutnya dari sana kita kemudian masuk ke masing-masing emiten. Kalau di sini jujur saja harus bilang, kita masih belum punya suatu standard yang khusus terkait saham-saham yang new economy itu. 

Kalau dari evaluasi atau yang biasanya dilakukan atau rasio-rasio, gampangnyarasio-rasio keuangan yang biasa investor lihat kayak PER, PBV atau ROE, itu kan enggak masuk semua. Kita memang mesti evaluasi masing-masing emiten secara spesifik strength-nya di mana weakness-nya di mana. 

Seperti contoh yang mau IPO sekarang ini Bukalapak ya. Meskipun kategorinya sama-sama e-commerce, tapi kalau melihat strength-nyaTokopedia atau GoTo yang akan IPO selanjutnya, mungkin itu kan berbeda sekali. 

Jadi saat ini menurut saya yang bisa kita lakukan, ya evaluasi masing-masing perusahaan. Prospeknya ke depannya itu bagaimana. Kekuatan dan kelemahan dari masing-masing institusinya atau masing-masing emiten.

Kalau menurut Anda Bukalapak ini menarik atau tidak?

Kalau menurut saya Bukalapak, kita bicara laba di laporan keuangan memang masih minus ya. Perusahaan-perusahaan seperti itu kan untuk bisa cepat besar, mereka spent banyak sekali. Istilah kerennya burn money, mereka kasih promo, beriklan dan lainnya. 

Sekarang ke depannya seperti apa, nah ini yang susah. Karena apa pun bisa terjadi. Tapi kalau dari saya pribadi melihatnya, perusahaan ini meskipun rugi, ruginya sudah berkurang. Dari 2019 ke 2020 sama-sama rugi tapi ruginya sudah berkurang dan berkurangnya cukup signifikan. 

Lalu di Bukalapak itu kan mereka ada semacam warung ada sekitar 6-6,5 juta warung jadi mereka partnership sendiri. Itu ya istilahnya, kalau semuanya berjalan sesuai ekspektasi, harusnya semuanya sesuatu yang bagus dan memberikan value.

Nah jadi kalau kita bicara Bukalapak ini saya mungkin bahasnya jangka pendek dan jangka panjang. Kalau dalam jangka pendek, investor yang ingin dapat capital gain kemungkinannya cukup terbuka. Kita ada banyak investor yang berminat IPO Bukalapak. 

Cuma ini bukan saham yang kita bisa buy and hold terus kita tidur. Kalau istilahnya dulu sahamnya mau diwariskan ke anak cucu, Bukalapak bisa jadi bukan saham seperti itu. 

Jadi kita harus pantau bersama, lihat bersama progress-nya. Ini setelah itu bagaimana. Istilahnya akan membaik atau tidak, kalau tidak membaik itu alasannya apa. Bisa dijustifikasi atau tidak. Jadi kalau kita mau jadi investor long term, Bukalapak ini akan menjadi pe er untuk dipantau secara terus menerus. Apakah growth yang kita ekspektasikan benar-benar bisa terjadi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×