kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IDX Growth 30 menjadi indeks dengan koreksi paling minim


Selasa, 24 November 2020 / 19:53 WIB
IDX Growth 30 menjadi indeks dengan koreksi paling minim


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,85% ke level 5.701,029 pada perdagangan Selasa (24/11). Meski demikian, sejak awal tahun atau secara year-to-date (ytd), IHSG masih terkoreksi 9,41%.

Namun, terdapat indeks yang sejauh ini mengalami koreksi lebih kecil daripada IHSG, yakni IDX Growth 30. Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak awal tahun IDX Growth 30 hanya terkoreksi 6,81%. Ini relatif rendah bila dibandingkan dengan indeks buatan BEI lain.

Misalkan saja IDX30 yang sejak awal tahun masih terkoreksi 10,76%. Sementara Indeks LQ45 masih terkoreksi hingga 10,51%. Alhasil, IDX Growth 30 dinobatkan sebagai indeks dengan koreksi paling minim.

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama menilai, minimnya koreksi yang terjadi pada indeks ini disebabkan kriteria konstituen (penghuninya). Dari segi pembobotan indeks, lanjut Okie, kriteria fundamental yang kuat memang menjadi kriteria utama penghuni IDX Growth 30.

Baca Juga: IHSG diproyeksikan menguat pada Rabu (25/11), waspada profit taking

“Sehingga kinerja dari saham emiten tersebut dinilai menarik ketika IHSG menunjukkan potensi penguatan,” ujar Okie kepada Kontan.co.id, Selasa (24/11). Untuk diketahui, IDX Growth 30 sendiri mengukur kinerja harga dari 30 saham yang memiliki tren harga relatif terhadap pertumbuhan laba bersih dan pendapatan dengan likuiditas transaksi serta kinerja keuangan yang baik.

Sementara menurut Analis Panin Sekuritas William Hartanto, minimnya koreksi yang menimpa IDX Growth 30 karena indeks ini  berisikan saham-saham yang cukup defensif di tengah pandemi, seperti misalnya barang konsumsi.

Tercatat, sebanyak enam saham emiten barang konsumsi menjadi konstituen dari indeks ini. Sebut saja PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO),  PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO), hingga PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). “Karena isinya banyak saham-saham consumer goods. Sudah karakternya kalau koreksi tipis dan naiknya stabil,” terang William, Selasa (24/11).

Baca Juga: Moody's: Indonesia Turut Berisiko Menanggung Risiko Kredit yang Besar

Sejumlah saham konsumer pun sudah mencetak return positif sejak awal tahun. Saham SIDO misalnya, naik 27,06% sejak awal tahun. Saham CLEO pun sudah naik tipis 1,98% secara ytd. Sementara itu, sejumlah saham masih mencatatkan return negatif, tapi tidak sedalam IHSG.

Saham INDF dan ICBP masing-masing terkoreksi 9,19% dan 8,52%. Sementara saham KLBF masih terkoreksi 8,33% sejak awal tahun.

Selain itu, indeks ini pun berisikan dua saham emiten berbasis komoditas yang akhir-akhir tersiram sentimen positif, yakni PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). William menyebut, kedua  saham ini terkerek kenaikan harga komoditas nikel dan emas.

Tercatat, sejak awal tahun harga saham MDKA melejit hingga 71,03%. Sementara harga saham INCO naik 26,92% sejak awal tahun. 

Baca Juga: IHSG menyentuh level tertinggi 9 bulan ke 5.701 pada Selasa (24/11)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×