Reporter: Agung Hidayat | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi over supply (kelebihan suplai) produk semen masih membayangi kinerja PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB). Produsen semen ini cukup hati-hati menentukan target penjualan sampai akhir tahun nanti.
Farida Helianti Sastrosatomo, Sekretaris Perusahaan dan Direktur Independen SMCB mengatakan, perusahaan masih terus berusaha mendapatkan market share dan harga jual produk yang menguntungkan. SMCB optimis dapat bertumbuh seiring perkembangan industri semen nasional pada umumnya.
"Kalau dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI) memproyeksi kenaikan sekitar 6% tahun ini, maka kami Holcim kalau bisa mengikutinya," sebut Farida yang ditemui usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) berlangsung, Kamis (23/8).
Adapun di tahun 2017, Farida mengungkapkan volume penjualan SMCB berkisar 9 juta-10 juta ton. Menilik laporan ASI, total penjualan domestik maupun ekspor tahun lalu mencapai 69,37 ton, artinya SMCB mengempit pangsa pasar diantara 12,9% - 14%.
Farida mengatakan, SMCB akan memaksimalkan pemasaran produk dan juga turut serta menyuplai kebutuhan proyek-proyek infrastruktur. "Diharapkan dengan adanya proyek-proyek pemerintah dapat mempengaruhi industri semen," sebutnya.
Sebelumnya, Holcim dikenal dengan produk inovasi beton yang beberapa waktu lalu turut serta dalam proyek renovasi trotoar ibukota dan fasilitas Asian Games 2018. Farida mengaku pertumbuhan di produk nonsemen memang cukup baik, namun porsi penjualan semen masih mendominasi pendapatan perusahaan sebesar 80%.
Mengenai capaian kinerja di semester I 2018 ini, SMCB enggan mengungkapkannya lebih lanjut lantaran laporan keuangannya belum dipublikasikan. "Akan kami umumkan akhir bulan ini, tunggu saja," ujar Farida.
Berkaca pada laporan keuangan kuartal I 2018 SMCB mencatatkan penjualan bersih Rp 2,2 triliun pada kuartal I-2018.
Di tengah tekanan akibat persaingan pasar, angka ini tumbuh 2% dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 2,15 triliun.
Meskipun penjualan naik, SMCB mencatatkan kerugian sebesar Rp 332 miliar sepanjang kuartal I-2018 yang disebabkan menurunnya harga jual serta tingginya biaya energi jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu.
Manajemen pernah mengatakan, tingginya curah hujan serta jam kerja yang berkurang dikarenakan ada banyak hari libur turut berkontribusi pada pencapaian kinerja yang lebih rendah.
Sementara itu, ia tidak menanggapi soal rumor soal divestasi 80,6% saham LafargeHolcim Ltd di SMCB yang tengah beredar di kalangan industri semen domestik.
"Saya tidak tahu rencana divestasi tersebut. Di sini, kami tidak melakukan jawaban atas rumor yang terjadi, dan kami juga tidak pernah dikonfirmasi soal hal tersebut," jawabnya.
Pada RUPSLB kali ini, SMCB baru saja mengangkat komisaris baru, yakni Rajani Kesari. Pengangkatan Rajani telah disetujui oleh para pemegang saham SMCB.
Rajani menggantikan dewan komisaris sebelumnya, Daniel Bach yang telah mengundurkan diri sebagai anggota dewan komisaris untuk menempuh tantangan di luar Lafarge Holcim Group.
Komisaris baru ini masih berasal dari lingkungan Holcim, di mana ia sebelumnya menjabat sebagai Region Finance Head of Asia Lafarge Holcim Group yang mengelola keuangan di India, Asia Tenggara, dan Pasifik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News