kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kena tulah dana asing, pasar saham sempat hancur


Kamis, 04 Juli 2013 / 10:24 WIB
Kena tulah dana asing, pasar saham sempat hancur
ILUSTRASI. Sinopsis & Jadwal Boruto Episode 234: Kericuhan di Negara Air atau Kirigakure


Reporter: Harris Hadinata, Arief Ardiansyah, Anastasia Lilin Y | Editor: Imanuel Alexander

Jakarta. Tahukah Anda, dalam kurun waktu sekitar sebulan terakhir terjadi eksodus asing besar-besaran dari Indonesia? Tenang, bukan warga negara asing yang ramai-ramai kabur meninggalkan Indonesia, melainkan dana investor asing yang ada di pasar saham.

Eksodus dana asing ini terjadi mulai pekan terakhir bulan Mei silam. Bahkan, pada Selasa dua pekan lalu (11/6), total nilai jual bersih asing mencapai angka Rp 3,98 triliun dalam sehari.

Bila dihitung sejak awal aliran dana asing mulai meninggalkan bursa saham Indonesia pada 23 Mei lalu hingga Rabu lalu (26/6), asing sudah mencatatkan total nilai jual bersih sebesar Rp 26,92 triliun. Padahal, dalam periode Januari-April tahun ini, total beli bersih yang dicetak asing cuma Rp 19,5 triliun. “Aksi jual beberapa waktu terakhir ini sudah menghapus semua posisi beli asing tahun ini,” kata Harry Su, Kepala Riset Bahana Securities.

Aksi melepas saham ini akhirnya berhenti pada Kamis lalu (27/6). Pada penutupan perdagangan hari itu, asing kembali membukukan posisi beli bersih, meski nilainya masih kecil, yakni cuma Rp 50,09 miliar.

Otomatis, aksi jual asing ini membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok. Selasa lalu (25/6), IHSG menyentuh level 4.418,87. Padahal sebelumnya IHSG sudah sempat mencapai 5.214,98 (20/5). Artinya dalam kurun waktu sekitar satu bulan, IHSG sudah merosot sekitar 15,27%.

Takut stimulus hilang

Eksodus dana asing dari pasar saham ini bukan hanya terjadi di Indonesia, lo. Investasi asing juga hengkang dari pasar saham lain di Asia, meski terjadinya tidak berturut-turut seperti di Indonesia. Misalnya saja di SET, bursa saham Thailand.

Dalam kurun waktu yang sama saat dana asing eksodus dari bursa saham Indonesia, di bursa saham Thailand investor asing mencetak posisi jual bersih hingga 73,51 miliar baht. Nilai jual bersih terbesar tahun ini tercatat pada Rabu (26/6), yakni mencapai 16,91 miliar baht. Untungnya, pada penutupan perdagangan Kamis investor asing membukukan beli bersih tertinggi tahun ini, yakni sebesar 5,59 miliar baht.

Investor asing juga mencetak posisi jual bersih di bursa saham Filipina. Total jual bersih asing di bursa negeri pinoy ini mencapai 8,53 miliar peso.

Para analis menyebut, salah satu faktor yang menyebabkan terjadi eksodus dana asing ke luar bursa saham Asia adalah kekhawatiran The Federal Reserve bakal menghentikan program stimulus yang ngetop dengan sebutan quantitative easing tahap ketiga (QE 3).

Sekadar menyegarkan ingatan, QE 3 ini adalah program stimulus berupa pembelian surat utang dari pasar sebesar US$ 85 miliar per bulan. Bank sentral Amerika Serikat (AS) yang populer dengan sebutan The Fed ini menyatakan program stimulus akan tetap berjalan selama ekonomi AS masih belum membaik.

Para pelaku pasar jelas menyambut positif kucuran stimulus dari The Fed ini. Program pendorong ekonomi ini membuat likuiditas di pasar menjadi sangat cair.

Hal ini menyebabkan anomali pada pergerakan pasar saham. “Data ekonomi AS jelek, tapi pasar saham malah naik,” sebut Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia. Sebaliknya, saat data ekonomi membaik, pasar justru merespon negatif. Alasannya, membaiknya data ekonomi bisa mengakibatkan stimulus terhenti.

Nah, belakangan, data ekonomi AS terus membaik. Penambahan lapangan kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll) Juni mencapai 175.000. Padahal, proyeksi pengamat cuma sebesar 167.000.

Angka pengajuan klaim pengangguran juga terus berkurang. Di saat yang sama, jumlah penjualan rumah meningkat. Alhasil, para petinggi The Fed mulai mempertimbangkan menarik program stimulus. Pada Mei lalu, para petinggi The Fed sempat memberi sinyal akan menghentikan program stimulus tersebut, meski setelah itu mereka kembali menyatakan QE 3 masih diperlukan.

Tapi, pada Rabu pekan lalu (19/6), Chairman The Federal Reserve Ben S. Bernanke mengumumkan bahwa bank sentral AS tersebut mempertimbangkan akan mulai memangkas QE 3. Pemangkasan ini kemungkinan akan mulai dijalankan menjelang akhir tahun.

Para pelaku pasar pun langsung merespon negatif rencana penghentian stimulus ini. “Berakhirnya QE berarti likuiditas akan ketat,” sebut Tomi, panggilan akrab Satrio Utomo.

Pelaku pasar asing ini menarik dana dari pasar Asia lantaran melihat risiko meningkat. Asing mengalihkan investasinya ke aset yang dianggap lebih aman, di antaranya obligasi pemerintah AS (treasury bond).

Apalagi, treasury bond AS ini memberikan yield yang lumayan besar. Ekonom Adrian Panggabean menyebut, investor asing akan keluar dari emerging market bila yield treasury bond dalam denominasi dollar mencapai kisaran 2,5%–3%. Nah, saat ini yield treasury bond bertenor 10 tahun sudah mencapai 2,64%.

Di sisi lain, imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) dalam denominasi rupiah saat ini ada di kisaran 6%–7%. Besaran bunga ini tidak menarik bagi investor asing. Belum lagi bila mereka menghitung potensi infl asi yang tergolong tinggi. “Tak kalah penting, dollar AS berada dalam tren menguat. Jadinya lebih untung,” kata Adrian.

Masih tetap optimistis

Meski begitu, para analis masih optimistis kondisi di pasar saham bakal membaik. Harry menilai aksi jual yang dilakukan investor asing sudah mencapai fase akhir. Apalagi total nilai jual bersih asing saat ini sudah jauh lebih besar ketimbang posisi beli bersih asing.Kepala Riset Mega Capital Indonesia Danny Eugene masih mempertahankan proyeksi IHSG akhir tahun di level 5.085. Menurut perhitungan Danny, angka tersebut mencerminkan price to earning ratio (PER IHSG 2013 sebesar 18,75 kali.

Selain itu, sentimen negatif yang bisa mempengaruhi pasar sudah berkurang. Direktur Utama Samuel Asset Management Agus B. Yanuar menyebutkan, pada dasarnya ada empat faktor risiko yang menghantui pasar saham tahun ini.

Pertama, kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Kedua, pembalikan aliran dana asing. Ketiga, berlanjutnya perlambatan ekonomi di Eropa dan China. Keempat, penundaan proyek infrastruktur. “Sejauh ini, tiga di antara empat risiko sudah terjadi dan sudah masuk ke dalam hitungan penurunan indeks belakangan ini,” terang dia.

Pendapat Adrian juga tidak jauh beda. Ia menilai, keluarnya dana asing dari pasar saham emerging market merupakan fase pertama dari respon pelaku pasar terhadap perkembangan yang terjadi di AS. “Masalahnya, reaksi mereka berlebihan,” cetus Adrian.

Selanjutnya, ia meyakini investor akan menyadari tindakan mereka yang gegabah tersebut. Lantas, mereka melakukan rekonsolidasi ulang atas aset mereka. Hal ini akan membuat volatilitas pasar meningkat.

Setelah itu, para investor asing ini akan menata ulang investasi mereka. Saat itulah, dana asing akan kembali mengalir masuk ke saham di emerging market. “Indeks akan naik lagi tapi pelan-pelan,” kata dia.

Jadi, Anda tetap mau latah ikut kabur dari bursa?

***Sumber : KONTAN MINGGUAN 40 - XVII, 2013 Laporan Utama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×