kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hingga Oktober, penerbitan reksadana baru mencapai 156 produk


Rabu, 10 November 2021 / 20:41 WIB
Hingga Oktober, penerbitan reksadana baru mencapai 156 produk
ILUSTRASI. reksadana


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah reksadana aktif di sepanjang tahun 2021 turun. Sementara itu, manajer investasi cenderung lebih banyak menerbitkan reksadana pasar uang dan pendapatan tetap.

Infovesta utama mencatat, jumlah reksadana aktif di tahun 2020 berkisar 1.700 produk. Namun, jumlahnya kini menjadi hanya sekitar 1.500 produk saja.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan, pnurunan jumlah reksadana yang aktif ini terjadi karena penerbitan reksadana terproteksi tidak sebanyak jumlah reksadana terproteksi yang jatuh tempo di tahun lalu.

Sentimen pajak kepemilikan obligasi secara langsung dan melalui reksadana terproteksi yang kini sama-sama di 10% membuat daya tarik reksadana terproteksi menurun.

Lebih lanjut, Wawan bilang, di sepanjang tahun ini ada sebanyak 156 produk reksadana baru meluncur ke pasar. Penerbitan reksadana terproteksi masih mendominasi dengan jumlah 72 produk.

Selanjutnya, penerbitan reksadana pasar uang berjumlah 41 produk. Diikuti, penerbitan reksadana pendapatan tetap sebanyak 27 produk. Sedangkan, penerbitan reksadana saham, campuran, ETF, indeks, dan penyertaan terbatas masing-masing tidak lebih dari 5 produk.

Baca Juga: Raiz tambah produk reksadana pendapatan tetap dari Trimegah AM, ada fitur proteksi

Wawan mengatakan selain reksadana terproteksi, manajer investasi lebih banyak menerbitkan reksadana pasar uang karena di tengah pandemi banyak dana menganggur. Reksadana pasar uang menjadi reksadana yang tepat untuk memarkirkan dana tersebut karena kinerjanya yang stabil dan cepat dicairkan.

Sementara, MI belum banyak mengeluarkan reksadana saham karena melihat reksadana saham yang ada saat ini sudah cukup memenuhi kebutuhan pasar.

Namun, Wawan melihat dengan fokus negara-negara yang kini beralih ke menjaga lingkungan, saham-saham yang mengedepankan ESG (Environment, Social, and Governance) bisa jadi menarik untuk dibuat dalam produk reksadana saham.

Meski begitu, di tahun depan Wawan memproyeksikan, penerbitan produk reksadana baru akan banyak berdatangan dari jenis pasar uang. Hal ini tercermin dari 6,4 juta investor reksadana sebanyak 50% masuk ke reksadana pasar uang.

Sementara itu, Head of Investment Avrist Asset Management Ika Pratiwi Rahayu mengungkapkan, pihaknya berencana meluncurkan satu reksadana pasar uang syariah di sisa tahun ini. Bahkan di tahun 2022 mendatang, Avrist akan meluncurkan sekitar 12 reksadana yang terdiri dari jenis pasar uang, pendapatan tetap, terproteksi, dan syariah efek luar negeri.

Setali tiga uang, Antony Dirga, Presiden Direktur Trimegah Asset Management bilang, pihaknya akan meluncurkan reksadana campuran syariah di sisa tahun ini. 

Sebelumnya, Trimegah AM telah memiliki reksadana campuran konvensional bertajuk Trimegah Balanced Absolute Strategy. Reksadana tersebut sukses menghasilkan kinerja yang cukup baik karena sejak diluncurkan pada 2,5 tahun yang lalu, telah naik naik 55,3% hingga akhir Oktober 2021.

Kinerja tersebut pun lebih baik dari IHSG yang hanya naik 3,4% pada periode yang sama. "Dalam waktu dekat, versi syariah dari reksa dana ini akan kami perkenalkan kepada publik," pungkas Antony.

Selanjutnya: Dorong akses pembiayaan perumahan, UUS Bank DKI jalin sinergi dengan SMF

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×