Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kembali hidupkan lagi animo perusahaan untuk menerbitkan Surat Berharga Komersial (SBK) atau commercial paper sebagai alternatif pendanaan jangka pendek dan memperdalam pasar uang.
Sebagai informasi SBK adalah instrumen pasar uang yang memfasilitasi perusahaan menerbitkan surat utang jangka pendek atau surat utang tanpa jaminan di pasar uang. Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menjelaskan SBK sejatinya sudah digunakan sebagai alternatif pendanaan jangka pendek sejak 1998.
“Namun, dalam pelaksanaannya banyak terjadi maturity mismatch atau kegagalan penerbitan karena banyak yang menggunakannya untuk proyek jangka panjang padahal seharusnya untuk jangka pendek maksimal setahun,” jelasnya saat di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (25/9).
Baca Juga: Meski ketar-ketir, Kemenkeu optimis PNBP mampu capai target tahun ini
Adapun masalah lain yang ditemukan seperti penerbitan SBK tidak memenuhi unsur keterbukaan dan prudensial sehingga merugikan investor. SBK yang diterbitkan dalam bentuk warkat menimbulkan risiko pemalsuan.
Destry menjelaskan karena banyak yang mengalami kegagalan dalam menerbitkan SBK ini, Indonesia mengalami trauma sehingga pasarnya menjadi tidak berkembang.
Destry menyatakan BI sebagai fasilitator mengkaji bentuk proteksi apa lagi yang bisa diberikan sehingga dapat memberi kenyamanan untuk investor atau issuer.
Baca Juga: ADB proyeksikan pertumbuhan ekonomi Asia tahun depan dibayangi perang dagang
Menurut Destry ada beberapa kekurangan dari peraturan lama seperti kurangnya tata kelola karena diterbitkan dengan warkat atau script. Kemudian lembaga penatausaha yang tidak tersentralisasi dan aturannya kurang komprehensif karena hanya mengatur mekanisme penerbitan SBK melalui bank.
Ditambah lagi adanya masalah perlindungan yang kurang ke investor karena keterbukaan informasi penerbit yang minim dan kurangnya penegakan aturan minimun rating SBK yang boleh diterbitkan.