kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.956.000   25.000   1,29%
  • USD/IDR 16.555   -90,00   -0,55%
  • IDX 6.926   28,03   0,41%
  • KOMPAS100 1.005   3,86   0,39%
  • LQ45 777   2,30   0,30%
  • ISSI 221   0,99   0,45%
  • IDX30 403   1,61   0,40%
  • IDXHIDIV20 475   0,87   0,18%
  • IDX80 113   0,26   0,23%
  • IDXV30 115   0,38   0,33%
  • IDXQ30 131   -0,13   -0,10%

Hati-hati menggunakan fasilitas margin


Selasa, 02 Februari 2021 / 06:42 WIB
Hati-hati menggunakan fasilitas margin
ILUSTRASI. Fasilitas margin memang dapat mendatangkan keuntungan yang besar dengan modal kecil.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat signifikan 3,50% ke level 6.067,54 pada Senin (1/2). Penguatan ini terjadi setelah sebelumnya IHSG tertekan selama tujuh hari berturut-turut. 

Asal tahu saja, IHSG telah terkikis hingga 8,82% selama tujuh hari berturut-turut. IHSG berada di level 5.862,35 pada penutupan perdagangan Jumat (29/1). 

Banyaknya investor yang terkena margin call menjadi salah satu sentimen yang menyeret pergerakan IHSG beberapa waktu terakhir. Pengamat pasar modal sekaligus Direktur Avere Investama Teguh Hidayat mengungkapkan, ada kemungkinan saham-saham yang meningkat drastis ketika IHSG menyentuh level 6.400 di bulan Januari 2021 itu dipicu oleh saham-saham yang dibeli dengan fasilitas margin. Hal itu memungkinkan, sebab beberapa saham yang naik signifikan tercatat di dalam daftar saham yang dapat dibeli dengan margin. 

Saham margin adalah saham yang ditransaksikan menggunakan pinjaman broker. Hanya saham yang tercatat dalam daftar saham margin Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dapat ditransaksikan menggunakan fasilitas margin. Artinya, investor membeli suatu saham tidak hanya menggunakan  dana yang dimilikinya, tetapi juga menggunakan dana pinjaman. 

Baca Juga: Simak saham-saham yang masuk daftar efek transaksi margin Februari 2021

Lebih lanjut Teguh mengungkapkan, saham margin dapat menyeret laju IHSG karena saham yang dibeli dengan dana pinjaman itu dapat dijual secara sepihak atau forced sell oleh sekuritas, ini memungkinkan terjadi jika harga saham terus tertekan.

Asal tahu saja, harga saham yang terus tertekan akan diikuti oleh margin call, yaitu peringatan dari sekuritas kepada investor untuk menambahkan sejumlah dana ke rekening hingga batas jaminannya tercukupi. Jika investor tidak mampu memenuhinya, sekuritas akan melakukan forced sell atau jual paksa.

"Ketika itu terjadi, sahamnya akan auto rejection bawah (ARB) terus, auto reject berhari-hari. Itulah yang menyebabkan beberapa saham mengalami ARB selama beberapa waktu berturut-turut," kata Teguh kepada Kontan.co.id, Senin (1/2).

Forced sell dapat menimbulkan auto rejection bawah karena saham dijual dengan harga berapa pun asalkan bisa terserap pasar dan kembali menjadi cash.

Baca Juga: Margin Call Januari Ikut Menekan IHSG

Teguh menambahkan, fasilitas margin memang dapat mendatangkan keuntungan yang besar dengan modal kecil. Dengan catatan jika harga saham yang dibeli naik.

Sebaliknya, fasilitas margin dapat menimbulkan kerugian besar jika harga saham yang dibeli terus menurun. Selain menanggung kerugian dari penurunan harga, investor juga harus mengembalikan dana yang dipinjam untuk transaksi margin tadi serta membayar bunganya. 

Teguh mencontohkan, seorang investor ingin membeli saham A dengan nilai Rp 200 juta. Dia memiliki dana Rp 100 juta, sementara sisanya memanfaatkan fasilitas margin dengan meminjam Rp 100 juta. Sayangnya, harga saham A justru jatuh hingga 20% sehingga nilainya menjadi Rp 160 juta saja dari semula Rp 200 juta. 

Jika investor memutuskan menjualnya dengan harga Rp 160 juta, maka investor tetap perlu mengembalikan dana Rp 100 juta yang dipinjamnya untuk membeli saham A tadi. Dengan kata lain, sisa dana yang dimiliki investor hanya Rp 60 juta. Sisa dana ini masih akan dikurangi bunga atas pinjaman, sehingga investor menerima dana di bawah 60 juta padahal modal awalnya Rp 100 juta. 

Perumpamaan itu menggambarkan kerugian yang dialami investor ketika bertransaksi menggunakan margin akan lebih tinggi daripada investor yang merugi tetapi menggunakan dana sendiri. Bahkan, bukan tidak mungkin dana investor tersisa sangat tipis dan benar-benar habis. 

Baca Juga: Penjualan ORI019 dinilai akan lewati target yang dipatok sebesar Rp 10 triliun

Oleh karenanya, Teguh cenderung merekomendasikan menggunakan dana sendiri untuk membeli saham. Apalagi di tengah pergerakan IHSG yang tidak disokong oleh kondisi fundamental baik, seperti yang terjadi saat IHSG menyentuh level 6.400. 

"IHSG kemarin naik 6.400 itu bukan oleh fundamental ekonomi. Sebenarnya ekonomi kita itu, meskipun memang tidak separah waktu awal Covid-19, masih belum 100% pulih," ungkap dia. Teguh pun bilang adanya margin call dari sekuritas  sendiri sebenarnya tanda-tanda adanya euforia di pasar saham. 

Fasilitas margin terlalu berisiko sebenarnya, akan tetapi bagi investor yang ingin memanfaatkannya perlu benar-benar mempertimbangkan beberapa hal, seperti valuasi yang sudah murah, memiliki fundamental baik, dan setidaknya dapat di-hold untuk jangka waktu satu hingga dua tahun ke depan.   

"Kalau ingin aman, boleh beli saham-saham seperti itu dan horizonnya agak panjang satu hingga dua tahun ke depan," ujar Teguh. Membeli saham margin memang memperbesar risiko berinvestasi di pasar saham, oleh karena itu perlu diimbangi dengan memilih saham-saham berisiko minim.  Walaupun ia tidak memungkiri, investor cenderung menyukai saham-saham yang bergerak fluktuatif ketika memanfaatkan fasilitas margin.

Baca Juga: Mencermati Untung Rugi Fasilitas Margin, Jangan Sembarangan Agar Tak malah Merugikan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×