Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Edy Can
JAKARTA. Pemerintah kembali menyerap hasil lelang Surat Berharga Negara (SBN) di atas target indikatif. Mengutip situs resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU), pemerintah menyerap Rp 8,35 triliun dari hasil lelang SBN, Selasa (24/6).
Adapun total penawaran yang masuk sebesar Rp 13,8 triliun. Penawaran ini turun 36,19% dibanding lelang SBN sebelumnya yang senilai Rp 21,63 triliun.
Nilai yang dimenangkan pemerintah ini lebih tinggi dari target indikatif yang sebesar Rp 8 triliun. Ini menyusul langkah pemerintah pada dua pekan lalu, yang memenangkan lelang SBN mencapai Rp 12 triliun dengan target indikatif sama.
Pada pelelangan Selasa itu, pemerintah menawarkan lima seri SBN. Dua seri merupakan seri tenor pendek yakni SPN 12150403 yang jatuh tempo 3 April 2015 dan SPN 12150611 yang jatuh tempo 11 Juni 2015. Dari dua seri itu, pemerintah hanya memenangkan seri SPN 12150403 sebesar Rp 400 miliar. Tiga seri lainnya merupakan seri acuan yakni FR0070, FR0071 dan FR0068. Ketiga seri ini seluruhnya diserap oleh pemerintah.
Adapun seri FR0070 (10 tahun) total yang dimenangkan sebesar Rp 4,9 triliun. Pada FR0071 (tenor 15 tahun) total yang dimenangkan sebesar Rp 2,05 triliun. Sedangkan total yang dimenangkan FR0068 (tenor 20 tahun) sebesar Rp 1 triliun.
Global Markets-Financial Analyst Manager Bank Internasional Indonesia Anup Kumar mengatakan, total penawaran yang dimenangkan lebih tinggi dibandingkan dengan target indikatif ini tidak mencerminkan bahwa pemerintah bersikap agresif seperti saat memenangkan lelang sebesar Rp 12 triliun pada dua pekan lalu.
Menurut Kumar, yang patut jadi perhatian ialah turunnya total penawaran dari Rp 21,63 triliun menjadi Rp 13,8 triliun. “Total penawaran yang turun sejalan dengan sepinya perdagangan obilgasi domestik pekan lalu di pasar sekunder,” ujar Kumar.
Ia mengulas kembali bahwa saat ini perdagangan obligasi domestik di pasar sekunder relatif sepi akibat beberapa faktor internal. Seperti, belum adanya data makro ekonomi yang baru, belum jelasnya hasil pemilihan presiden Juli nanti serta ancaman subsidi BBM akibat harga minyak dunia yang melonjak sekitar US$ 107 per barel.
“Akibat sentimen-sentimen tadi, yield SBN di pasar sekunder relatif naik. Ini berdampak pada permintaan yield pada lelang di pasar perdana,” ujar Kumar. Namun ia memandang, permintaan yield pada lelang kemarin masih cukup menarik meski lebih tinggi dibanding lelang SBN sebelumnya.
Kumar berpendapat, pemerintah masih merasa cukup adil membayar yield yang diminta investor pada lelang kemarin. Kebutuhan anggaran pemerintah yang meningkat akibat APBN-P tadi membuat DJPU menyicil kebutuhan tersebut dengan memenangkan lelang lebih tinggi dibanding target indikatif. "Tapi lebihnya hanya Rp 350 miliar dari target indikatif. Tidak besar," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News