Reporter: Aloysius Brama | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik 25 poin atau 0,4% ke 6.507 di akhir perdagangan Kamis (18/4). Sebanyak 206 saham naik, 212 saham turun dan 124 saham tak bergerak
Analis Indo Premier Sekuritas Mino mengatakan, investor asing melakukan pembelian cukup agresif. Hal tersebut terlihat dari total pembelian asing yang mencapai sekitar Rp 1,42 triliun.
Angka tersebut cukup fantastis lantaran sebelumnya, sepekan menjelang pemilihan umum, asing melakukan aksi jual hingga Rp 1,06 triliun. Sedangkan bila dibanding awal tahun, asing mencetak tren pembelian dengan total inflow sekitar Rp 13 triliun.
Secara lebih luas, aksi beli asing pasca pemilu mendorong indeks dalam negeri menguat. Ini berkebalikan dengan beberapa indeks lain di Asia yang justru tertekan. Tercatat hingga berita ini ditulis indeks-indeks lain di Asia mengalami penurunan.
Indeks Nikkei 225 memimpin penurunan sebesar 0,84% disusul oleh Hang Seng sebesar 0,54% dan SSEC sebesar 0,40%.
Mino bilang, kesesuaian antara hasil hitung cepat dan survey sebelum pemilu dengan ekspektasi asing mendorong aksi beli itu.
“Asing melihat pemenang hitung cepat yakni pasangan calon Joko Widodo dan Ma’ruf Amin lebih prospektif dalam membawa perekonomian Indonesia ke arah yang lebih baik, terutama dari kebijakan ekonominya,” jelas Mino ketika dihubungi Kontan, Kamis (18/4).
Menurutnya, pergerakan asing yang cukup fantastis ini bisa terjaga apabila realisasi program pemerintahan selanjutnya sesuai dengan kampanye lalu.
Berdasarkan data RTI, hingga bursa ditutup hari ini terdapat beberapa saham yang paling banyak diburu asing. Bila mengacu pada enam besar pembelian oleh asing hari ini, terdapat tiga saham emiten perbankan, satu emiten konstruksi, satu emiten properti serta satu emiten dari aneka industri otomotif
Dari sektor perbankan, tiga emiten peraih net buy asing tertinggi itu adalah BMRI yang menempati posisi pertama dengan total pembelian saham oleh asing di pasar reguler mencapai Rp 376, 5 miliar, BBCA dengan jumlah sebesar Rp 273,9 miliar dan BBNI yang nilai transaksinya mencapai Rp 201,3 miliar.
Mino menyoroti masifnya pembelian asing untuk emiten-emiten perbankan. Menurutnya, dengan unggulnya pasangan calon Joko Widodo dan Ma’ruf Amin, pasar masih melihat sektor perbankan prospektif.
Hal ini tak lepas dari prioritas pembangunan fisik yang masih akan digeber oleh kedua pasangan calon itu. “Pembangunan itu pasti akan membuat perusahaan konstruksi menggeber kreditnya,” ungkap Mino.
Dari enam besar emiten yang paling banyak diburu asing, WIKA menjadi salah satu perusahaan plat merah yang kecipratan berkah itu. Tercatat, jumlah pembelian asing oleh WIKA mencapai 138,7 miliar
Selain program pemerintah, proyeksi penurunan suku bunga juga akan memacu pertumbuhan kredit. “Maka kita bisa lihat ada satu emiten properti yang juga diburu asing hari ini yaitu CTRA,” jelasnya. Pada perdagangan hari ini, nilai transaksi net buy asing CTRA mencapai Rp 99,9 miliar.
Sedangkan diburunya saham ASII oleh asing menurut Mino, tak bisa dilepaskan dari data penjualan mobil kuartal I. Sebelumnya data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) melansir bahwa penjualan mobil pada kuartal I turun 13% atau setara 253.863 unit.
Meski menurun, namun tiga satu produk ASII menduduki 10 besar penjualan mobil yaitu Toyota Avanza di peringkat pertama dengan a 8.538 unit, Toyota Rush dengan 5.063 unit, Toyota Innova dengan 5.014 unit dan Toyota Calya sejumlah 3.138 unit. “Untuk itulah saham ASII paling diburu daripada yang otomotif lain,” jelas Mino.
Meski begitu, euphoria oleh asing ini tidak akan bertahan lama. Mino mengatakan, sentimen ini paling lama akan bertahan selama 3 hari. “Setelah itu investor akan fokus pada laporan keuangan emiten-emiten di kuartal satu,” kata Mino.
Senada dengan Mino, Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper juga menyatakan hal yang sama. “Meskipun kalau dilihat pada sesi dua perdagangan sepertinya tidak terlalu banyak perubahan karena di akhir sesi satu saja sudah sampai Rp 1 triliun,” jelasnya kepada Kontan.co.id.
Dennies menambahkan, selain sentimen dalam negeri berupa hasil hitung cepat, pembelian besar-besaran oleh asing juga dipengaruhi oleh rilisnya data pertumbuhan GDP China.
“Ketika global sudah berekspektasi pertumbuhan ekonomi melambat, ternyata pertumbuhan GDP China mencapai 6,14% di kuartal satu lalu,” jelas Dennies.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News