Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) di Bursa Efek Indonesia (BEI) berlangsung sukses. Harga saham AADI langsung melesat di level tertinggi. Selanjutnya, investor perlu membeli lagi, menahan atau menjual saham AADI?
IPO saham AADI dibanderol dengan harga Rp 5.550. Pada hari perdana melantai (listing) di BEI, harga saham AADI langsung melonjak ke level auto rejection atas (ARA).
Harga saham AADI melompat 1.100 poin ke level Rp 6.650 per saham. Dengan demikian, investor yang membeli IPO saham AADI langsung cuan 19,82% dalam sehari.
Dalam IPO ini, AADI melepas sebanyak 778.689.200 (778,68 juta) saham, dengan nilai nominal Rp 3.125 setiap saham. Jumlah tersebut mewakili 10% dari modal ditempatkan dan disetor AADI.
Antusiasme pelaku pasar terhadap IPO AADI sudah tampak sejak masa penawaran. Manajemen AADI dalam rilisnya menyampaikan terjadi kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 260,14 kali pada penjatahan terpusat.
Baca Juga: Cara & Syarat Membuat e-KTP Tanpa Surat Pengantar RT RW, Jika Umur Mulai 17 Tahun
Direktur Utama Adaro Andalan, Julius Aslan mengungkapkan hal tersebut merefleksikan antusiasme pasar atas IPO ini, sekaligus kepercayaan investor terhadap kinerja dan prospek bisnis AADI.
"Melalui IPO ini, perseroan berharap dapat mengoptimalkan struktur permodalan untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan dari aset-aset yang dimiliki," ungkap Julius, Kamis (5/12).
Julius yakin kinerja AADI masih bisa terdongkrak oleh prospek batubara yang tetap atraktif pada tahun 2025. Sebab, kebutuhan terhadap komoditas batubara masih tinggi, khususnya di kawasan Asia dan Asia Tenggara sebagai pasar utama dari Adaro.
Adapun, AADI memasarkan batubaranya ke sektor pembangkit listrik dan industri termasuk pengolahan logam dan semen. Pasar utamanya adalah Indonesia, China, India, dan Asia Tenggara. Julius menyebut beberapa negara dengan pasar ekspor potensial yang menjadi fokus AADI.
Meliputi China, India, Jepang, Filipina, Malaysia dan Thailand. "Semuanya masih oke. Harga batubara sekarang sebetulnya masih cukup tinggi. Ke depan menurut saya masih atraktif, terutama karena pasar di Asia cukup baik," terang Julius.
Meski begitu, Julius memberikan catatan bahwa bisnis batubara bersifat siklikal. Dus, tergantung pada siklus dan akan sangat terpengaruh oleh kondisi ekonomi global. Pada umumnya, harga batubara akan melejit ketika ekonomi melonjak, dan akan terjun saat ekonomi turun.
"Kondisi itu tentunya tidak bisa kami kendalikan. Oleh karena itu kami akan fokus pada hal-hal yang bisa kami kendalikan, yaitu pencapaian operasional dengan meningkatkan produktivitas dan efisiensi, sehingga bisa mendapatkan margin laba yang baik," jelas Julius.
Adapun, dari aksi IPO ini, AADI mengantongi dana segar senilai Rp 4,32 triliun. Dari dana tersebut, sebanyak 37,23% akan digunakan untuk keperluan pemberian pinjaman oleh AADI kepada anak perusahaannya, PT Maritim Barito Perkasa (MBP).
MBP akan memakai dana itu untuk kegiatan investasi dan kegiatan korporasi lainnya, yang dapat mendukung peningkatan aktivitas operasional. Kemudian, sebanyak 14,89% akan digunakan oleh AADI untuk pembayaran kembali atas sebagian pinjaman kepada PT Adaro Indonesia.
Sisanya akan digunakan AADI untuk pembayaran kembali kepada PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) atas sebagian pokok pinjaman.
"Jadi sebagian akan dipakai untuk usaha di salah satu unit, MBP. Untuk investasi, capex, pembelian alat berat, floating crane dan sebagainya. Sebagian untuk pelunasan utang," tandas Julius.
Seperti diketahui, IPO AADI merupakan bagian dari pelepasan unit bisnis batubara termal oleh ADRO. Setelah IPO AADI ini, ADRO akan menggelar Penawaran Umum oleh Pemegang Saham (PUPS) sebagai lanjutan dari proses divestasi.
Tonton: Saham Blue Chip Ini Diprediksi Menguat Sampai Akhir 2024
Rekomendasi Saham
Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengamati hasil IPO dan capaian harga AADI di hari perdana sesuai ekspektasi. Kondisi oversubscribed dan ARA mencerminkan antusiasme pasar terhadap AADI, yang merupakan produsen batubara terbesar kedua di Indonesia.
Terlebih secara operasional, Adaro dikenal memiliki struktur biaya yang cukup rendah serta kemampuan produksi yang konsisten. "Kami melihat sentimen ini akan terus mendukung pergerakan saham AADI dalam jangka pendek hingga menengah," kata Hendra kepada Kontan.co.id, Kamis (5/12).
Hendra pun melihat potensi penguatan lebih lanjut pada saham AADI. Tapi, Hendra mengingatkan agar pelaku pasar berhati-hati terhadap volatilitas harga saham, terutama setelah euforia IPO mereda.
Pada saham AADI, investor juga perlu mencermati sentimen dari pelaksanaan PUPS oleh ADRO. Dengan berbagai pertimbangan tersebut, Hendra menilai level harga Rp 8.500 layak dicermati sebagai target untuk saham AADI.
Dalam hitungan Hendra, target harga tersebut mencerminkan valuasi yang wajar, dengan proyeksi price-to-earnings ratio (PE) 2025 di 7 kali. Nilai yang masih tergolong murah dibandingkan rata-rata sektornya.
Praktisi Pasar Modal & Founder Warkop Saham Raden Bagus Bima mengamini, hasil IPO dan gerak saham AADI di hari perdana sesuai ekspektasi. Bima memperkirakan, kenaikan harga AADI bisa berlanjut, setidaknya hingga Senin (9/12) pekan depan.
Sementara pada perdangan Selasa, ada potensi volatilitas karena sudah mulai distribusi saham AADI dari PUPS.
Bima bahkan menaksir saham AADI berpotensi naik hingga menyentuh level harga Rp 9.550 atau berpeluang tiga kali mengalami ARA.
"Lalu untuk pergerakan berikutnya akan menunggu hasil dari PUPS, apakah investor yang menebus PUPS langsung menjual atau mempertahankan sahamnya," kata Bima.
Catatan Bima, saat ini saham di sektor energi secara rata rata industri memiliki PE Ratio sekitar 6 kali. Sedangkan PE AADI saat listing hanya sekitar 2 kali. "Sehingga AADI dinilai murah oleh pelaku pasar," tandas Bima.
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas turut memprediksi harga AADI masih berpotensi melanjutkan kenaikan. Namun, dia belum meraba sampai kapan tren kenaikan tersebut bisa bertahan.
Yang pasti, secara valuasi, Sukarno mengamini saham AADI masih tergolong undervalued. Hitungan Sukarno dengan menggabungkan beberapa rasio (PE, PBV, P/S), harga AADI berpotensi melaju ke Rp 11.500.
"Bisa trading selama masih dalam tren kenaikan. Jika mulai koreksi bisa wait & see. Setelah sinyal bullish kembali boleh trading buy atau hold," terang Sukarno.
Sukarno mengingatkan, pelaku pasar perlu mencermati sentimen dan efek dari pelaksanaan PUPS. "Bisa sedikit menjadi pemberat nantinya karena PUPS ini akan share menjadi lebih banyak di publik. Maka pelaku pasar yang taking profit bisa menghambat kenaikan harganya," tandas Sukarno.
Baca Juga: Akan Menikah Sebelum Akhir 2024? Daftar Nikah Online Di Simkah4.kemenag.go.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News