kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Hari Ini (18/4) & Besok (19/4) Cum Dividen Saham PRDA EAST BNGA SMCB, Mana yang Oke?


Senin, 18 April 2022 / 07:45 WIB
Hari Ini (18/4) & Besok (19/4) Cum Dividen Saham PRDA EAST BNGA SMCB, Mana yang Oke?
ILUSTRASI. Hari Ini (19/4) & Besok (20/4) Cum Dividen Saham PRDA EAST BNGA SMCB, Mana yang Oke?


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Adi Wikanto

Merujuk data RTI Business, dalam seminggu terakhir harga saham PRDA naik 2,41%, sedangkan BNGA menguat 4,44%. Sementara saham EAST dan SMCB masing-masing melemah 3,26% dan 0,86% dalam seminggu terakhir.

Menurut Nico, semua tergantung dari persepsi pelaku pasar dan mekanisme pasar yang terjadi. Tujuan investor pun turut menentukan, apakah mengoleksi saham itu karena menginginkan dividen semata, atau justru karena melihat adanya fundamental yang menarik

"Memang notabene ketika sudah ada jadwal cum date, saham akan naik karena investor berebut masuk. Namun, tidak serta merta demikian, karena melihat juga sentimen dan daya tariknya. Biasanya yang menjadi daya tarik dari sisi dividend yield. Semakin besar, semakin menarik," jelas Nico kepada Kontan.co.id, Minggu (17/4).

Dia menambahkan, pelaku pasar juga perlu mencermati dividen yield dan dividen payout ratio yang ada pada saham tersebut. Jika ingin mendapatkan dividen yang jumbo, investor mesti mencari emiten yang bisa memberikan dividen yield menyentuh 5%, atau lebih dari 5%.

Baca Juga: Ini Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts (AUTO)

Dari empat emiten yang menjadwalkan cum dividen pada pekan ini, Nico menilai PRDA dan BNGA cukup menarik sebagai investasi jangka menengah hingga panjang. Tapi Nico memberikan catatan, valuasi PRDA sudah relatif lebih mahal dari industrinya.

Sedangkan untuk saham BNGA, Nico memberikan rekomendasi buy dengan target harga (TP) pada Rp 1.314 dan potensial upside sebanyak 11,81%.

Dengan dividen Rp 94,07 per saham dan yield dividen 8,11%, Pandhu juga memandang saham BNGA cukup menarik untuk dikoleksi. Secara umum, terang Pandhu, investor yang jeli sudah mengincar saham yang akan memberi dividen, sebelum pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Selain sudah mengetahui pertumbuhan kinerja tahun lalu, investor yang jeli juga sudah bisa memperkirakan besaran dividen berdasarkan pola kebijakan emiten, posisi kas, serta kebutuhan pendanaan pada tahun ini.

Pandhu menyarankan pelaku pasar untuk mengoleksi saham BNGA dan BBNI dengan strategi buy on weakness (BoW). "Untuk koleksi jangka panjang pilihannya BBNI dan BNGA, tapi sementara hold dulu, karena sudah naik banyak jadi rawan koreksi. Kalau ada koreksi, menarik untuk dibeli," terang Pandhu.

Bertahan atau Pergi Setelah Dividen?

Di sisi lain, Technical Analyst Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mengingatkan, pelaku pasar juga mempertimbangkan perkiraan vs realisasi pendapatan emiten sepanjang tahun ini. Paling tidak sampai dengan akhir semester pertama.

Untuk emiten yang kinerjanya masih bertumbuh, maka selepas pembagian dividen kemungkinan besar harga sahamnya masih dapat kembali menguat. Sebab investor masih akan melakukan hold saham untuk menantikan pembagian dividen di musim berikutnya.

Namun untuk emiten yang pada periode kuartal pertama hingga semester pertama kinerjanya lebih rendah secara Year on Year (YoY), maka ada kemungkinan mengalami penurunan harga. Karena investor akan mempertimbangkan untuk melirik saham lain yang lebih prospektif.

"Banyak saham yang sejak awal tahun telah mengalami rally sehingga ada potensi koreksi di bulan Mei dan secara teknikal pun bisa kita lihat adanya bearish divergence yang menandakan fase akhir suatu tren rally harga saham," ujar Ivan.

Menurutnya, saham yang prospektif masih datang dari sektor pertambangan di tengah tren harga komoditas yang masih tinggi. Sedangkan untuk saham di sektor perbankan, Ivan menyarankan agar memperhatikan tren harganya terlebih dulu, yang akan lebih baik melakukan akumulasi ketika harga sudah masuk pada fase koreksi.

Hal yang perlu diwaspadai terkait pergerakan harga adalah sebagian besar saham yang sudah mengalami rally panjang dan terlihat mulai terjadi penurunan intensitas akumulasi beli. Kondisi ini berlangsung di tengah sentimen inflasi tinggi dan rencana kenaikan suku bunga bank sentral sejumlah negara, yang kemungkinan bisa memicu aksi profit taking setelah pembagian dividen.

Nico meneruskan, setelah pembagian dividen memang peluang investor untuk pergi cukup tinggi. Meski begitu, semua akan kembali pada perkembangan situasi terkini dan persepsi dari pelaku pasar. Apakah hanya mengincar momentum dividen, atau akan melanjutkannya sebagai investasi.

Baca Juga: Net Buy Asing Lebih Dari Rp 41 Triliun di Pasar Saham, Waspada Pembalikan Arus

Di samping itu, jika melihat return bulanan yang dicetak IHSG dalam 10 tahun terakhir untuk bulan Mei saja, maka fenomena "Sell in May" tidak selalu terjadi secara signifikan. Bahkan, IHSG di bulan Mei dominan mencetak return yang positif.

"Sentimen biar bagaimana pun akan menggerakan pasar. Besar atau kecilnya pergerakan pasar, semua akan kembali kepada besar atau kecilnya sentimen yang timbul," ujar Nico.

Menimbang kondisi belakangan ini, Pandhu justru melihat fenomena "Sell in May" bisa saja terjadi. Mengingat kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) beberapa pekan terakhir sudah tinggi hingga beberapa kali menembus level all time high.

Beberapa faktor lain yang bisa memicu "Sell in May" antara lain adalah adanya potensi capital outflow, setelah beberapa bulan terakhir investor asing masuk dengan kencang ke bursa Indonesia, sehingga rawan profit taking. Apalagi dengan potensi kenaikan suku bunga hingga 50 basis point yang menunjukkan kebijakan moneter lebih agresif dari The Fed.

"Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah potensi kenaikan inflasi di Indonesia pasca Ramadan dan Lebaran ini, yang diperkirakan akan lebih tinggi," jelas Pandhu.

Meski begitu, Pandhu meyakini bagi saham dengan prospek bagus, investor akan cenderung untuk tetap bertahan. Investor yang mengambil dividen biasanya merupakan tipe investor jangka panjang, sehingga tidak akan pergi selama prospek masih bagus dan valuasi masih murah.

Adapun jika terjadi koreksi pasca pembagian dividen, justru akan dimanfaatkan untuk kembali melakukan buy on weakness. "Lain cerita jika memang secara valuasi sudah mahal, atau outlook tidak terlalu bagus. Maka biasanya investor akan memanfaatkan momentum pembagian dividen untuk keluar. Pasca pembagian dividen biasanya diikuti penurunan harga saham lebih lanjut," kata Pandhu.

Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan juga memandang tren pergerakan saham dari emiten pembagi dividen yang disebutkan di atas, pada umumnya masih cukup kuat. Untuk para trader, bisa memanfaatkan momentum kenaikan harga dari pembagian dividen dan menjual sebelum periode ex date.

Sedangkan bagi investor long term, hal ini tidak menjadi soal jika melihat saham tersebut memang masih layak untuk dikoleksi. Dennies pun menyarankan pelaku pasar untuk mencermati saham BNGA, SMCB, ROTI, UNTR dan MFIN.

Itulah rekomendasi saham untuk dibeli pada trading hari ini, Senin 18 April 2022. Ingat, disclaimer on, segala risiko investasi atas rekomendasi saham di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×