Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi perekonomian China yang menunjukkan sinyal negatif mempengaruhi pergerakan harga timah. Mengutip Bloomberg, harga timah kontrak tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) turun 1,75% ke level US$ 16.850 per metrik ton pada Selasa (17/9) lalu. Dalam sepekan terakhir, harga timah terkoreksi 3,27%.
Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menyampaikan, harga timah terpapar sentimen negatif dari pelemahan data ekonomi China. Biro Statistik Nasional China menyebut, data produksi industri China hanya tumbuh 4,4% pada Agustus lalu. Angka ini lebih rendah dari capaian bulan sebelumnya sebesar 4,8%.
Kondisi ini menimbulkan rasa pesimistis dari pemerintah China yang sebenarnya berusaha mempertahankan pertumbuhan ekonominya di level 6% sampai tahun depan.
Pelemahan data ekonomi tersebut merupakan imbas dari perang dagang yang melibatkan China dan AS dalam beberapa waktu terakhir.
Baca Juga: Perang Dagang AS dan China Mereda, Harga Timah Naik
Sejak perang dagang berlangsung, China cenderung memproteksi diri. Misalnya dengan memproduksi timah secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. “Hal ini justru membuat permintaan impor timah dari China selaku negara pengimpor terbesar mengalami penurunan,” ungkap Ibrahim, Rabu (18/9).
Padahal, keran ekspor timah dari Indonesia sekarang telah diperbesar seiring masuknya Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) sebagai penyelenggara pasar timah.
Sebelumnya, hanya Indonesia Commodity Derivative Exchange (ICDX) yang tampil sebagai penyelenggara pasar timah.
Potensi penurunan harga timah dalam waktu dekat masih cukup terbuka. Pasalnya, para pelaku pasar tengah mewanti-wanti keputusan The Federal Reserves terhadap suku bunga acuan AS.
Ada kekhawatiran suku bunga acuan AS akan ditahan lantaran data inflasi sektor produsen dan konsumen AS yang dirilis pekan lalu memperlihatkan hasil positif.
“Kalau suku bunga acuan AS tidak turun, dolar AS akan menguat dan harga timah beserta komoditas lainnya bisa berguguran,” terang Ibrahim.
Baca Juga: Harga timah berbalik naik setelah tensi dagang AS dan China mereda
Dari sisi teknikal, bollinger band moving average 10% di atas bollinger bawah sehingga mengindikasikan harga timah masih bisa turun. Hal ini diperkuat berkat indikator stochastic dan MACD yang 60% negatif. Di sisi lain, indikator RSI 70% positif.
Prediksi Ibrahim, harga timah akan bergerak di kisaran US$ 16.720—US$ 16.890 per metrik ton pada Kamis (19/9) besok.
Sementara untuk sepekan ke depan, harga timah ditaksir berada di kisaran US$ 16.600—US$ 17.000 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News