Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Haraga timah terus melambung didukung hubungan Amerika Serikat (AS) dan China yang membaik. Kini, kedua negara tersebut sepakat untuk menggelar pertemuan di awal Oktober.
Berdasarkan data Bloomberg, harga timah kontrak tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) per Jumat (23/8), terkoreksi 0,43% ke US$ 17.375 per metrik ton. Namun, dalam sepekan harga timah konsisten naik sebesar 6,27%.
Baca Juga: Angkat harga timah dunia, PT Timah (TINS) tekan volume ekspor
Direktur Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, wajar harga timah naik karena terpengaruh konflik dagang AS dan China yang mereda. "Harga timah naik pasca damai dagang AS dan Tiongkok setuju untuk berunding kembali," kata Ibrahim, Senin (9/9).
Perang dagang AS dan China yang mereda juga membuat dolar AS melemah dan mendukung harga komoditas bergerak naik. Selain, karena meredanya perang dagang AS dan China, Ibrahim mengatakan tidak seimbangnya permintaan dan jumlah produksi timah juga membuat harga timah melambung.
Baca Juga: Wow, saham TINS melonjak 13,89% di akhir perdagangan
Mengutip pemberitaan Bloomberg, China mengumumkan akan mengurangi produksi timah. "Kebutuhan timah global tinggi, meski China juga menjadi produksi timah terbesar sekaligus konsumer terbesar maka membutuhkan ekspor timah dari negara lain, sementara saat ini ekspor timah dari Indonesia belum terlalu aktif," kata Ibrahim.
Sepekan depan Ibrahim memproyeksikan harga timah masih bisa naik ke rentang US$ 17.320 per metrik ton hingga US$ 17.470 per metrik ton. Harga timah masih berpotensi naik karena bank sentral AS berpotensi akan melanjutkan penurunan suku bunga acuannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News