Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
Adapun produksi logam juga turun 26,2% menjadi 27.833 ton dari sebelumnya mencapai 37.717 ton di periode yang sama tahun sebelumnya. Meski demikian, penurunan volume produksi ini akan dibarengi oleh kenaikan harga timah global.
Sebagai gambaran, tahun lalu TINS mencatatkan volume produksi logam timah TINS mencapai 76.389 MT, naik dari realisasi produksi tahun 2018 yang hanya 33.444 MT.
Sementara untuk belanja modal (capex), TINS masih pada rencana awal untuk alokasi capex di kisaran Rp 1,5 triliun. Capex ini akan digunakan secara efisien dan berdasarkan skala prioritas, yakni digunakan untuk pengembangan alat-alat produksi yang terkait langsung dengan operasional TINS, yakni seperti peremajaan kapal dan smelter.
Baca Juga: Cetak rugi Rp 390 miliar, kinerja Timah (TINS) di semester I-2020 mengecewakan
Optimisme TINS juga dilatarbelakangi membaiknya arus kas perusahaan. Pada semester I-2020, TINS mengalami kenaikan pada cashflow operasi menjadi Rp 3,17 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2019 sebesar minus Rp 3,33 triliun.
Membaiknya cashflow operasi merupakan indikator membaiknya kondisi finansial, sehingga TINS mampu membayar sebagian kewajiban jangka pendeknya. Adapun posisi utang bank jangka pendek TINS menyusut 37% menjadi Rp 5,56 triliun, dibandingkan dengan Rp 8,79 triliun pada 2019.
Ke depan, TINS terus melakukan action plan berupa efisiensi di setiap lini bisnis, optimalisasi alat produksi, serta menjaga kinerja produksi dan penjualan agar cashflow tetap optimal. Di samping itu, biaya bahan baku yang berkontribusi besar terhadap struktur biaya juga disiasati melalui third-party renegotiation untuk kompensasi yang lebih ekonomis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News