Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - Keputusan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman Djohan untuk memberlakukan moratorium perizinan penambangan bijih timah berdampak positif terhadap harga. Defisit pasokan yang diperkirakan semakin besar ditengah permintaan yang terus meningkat berhasil mengangkat harga sejak beberapa pekan terakhir.
Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Rabu (24/8) harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange tercatat menguat 0,86% ke level US$ 20.525 per metrik ton. Sedangkan jika dibandingkan harga sepekan lalu kenaikannya sudah mendapai 2,5%.
Andri Hardianto, analis PT Asia Tradepoints Futures mengatakan salah satu penyokong penguatan harga bersumber dari kekhawatiran terbatasnya pasokan dari Indonesia. Langkah pemda Kepulauan Bangka Belitung berpeluang mengganggu pasokan. Selama ini China menjadi negara tujuan ekspor timah hasil pemurnian dari Indonesia.
“Kalau liat data impor China di bulan Juni, impor timah Indonesia mencapai 84.000 ton,” ungkapnya kepada KONTAN di Jakarta, Kamis (24/8).
Meski pasokan Indonesia masih lebih rendah ketimbang Myanmar tetapi dengan kualitas lebih baik permintaannya lebih tinggi. Apalagi China telah menerapkan standar tinggi terhadap kualitas komoditas yang masuk yaitu lebih difokuskan ke hasil pemurnian. Negeri tirai bambu itu sedang berusaha mengatasi isu lingkungan, sehingga pengolahan biji timah mentah sudah mulai dibatasi.
“Disana banyak smelter yang ditutup jadi mereka lebih milih timah hasil pemurnian,” imbuhnya.
Sebenarnya ditengah kekhawatiran berkurangnya pasokan, PT Timah Tbk sendiri tengah berusaha untuk menambah produksinya. Sepanjang tahun 2017, perseroan menargetkan produksi timah sekitar 30.000 ton - 33.000 ton.
Namun Andri menilai rencana PT Timah Tbk tersebut tidak akan berpengaruh besar karena tingkat permintaan yang cukup tinggi dari industri telepon pintar. Menurutnya tingkat permintaan global masih jauh lebih besar dari tambahan produksi PT Timah Tbk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News