Reporter: Ika Puspitasari, Adi Wikanto | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus bergerak naik. Berikut saham blue chip yang masih layak dikoleksi karena memiliki prospek cerah.
Saham blue chip adalah saham lapis satu di bursa. Saham blue chip adalah jenis saham yang memiliki kapitalisasi pasar yang besar, mencapai di atas Rp 10 triliun.
Mengutip MNC Sekuritas, saham blue chip memiliki beberapa karakteristik. Salah satunya adalah memiliki kapitalisasi besar. Nilai kapitalisasi suatu perusahaan mampu mencapai nilai triliunan rupiah. Besarnya kapitalisasi pasar ini mampu membuat investor sulit dalam memanipulasi harga.
Selain itu, saham blue chip juga memiliki likuiditas yang bagus. Biasanya likuiditas ini dipengaruhi oleh jumlah saham yang dimiliki publik atau beredar di bursa. Makin banyak kepemilikan saham publik, maka makin likuid pula saham tersebut.
Saham yang masuk ke dalam kategori blue chip biasanya juga telah sudah cukup lama lama terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan jangka waktu minimal lima tahun.
Baca Juga: Khusus Penggemar Blue Chip, Cek Rekomendasi Saham Yang Perlu Dibeli Hari Ini (8/8)
Oleh karena itu, saham blue chip cenderung bergerak steady dan tidak terlalu liar. Anda tidak perlu takut dalam berinvestasi di saham blue chip.
Pasalnya, perusahaan yang sahamnya tergolong blue chip bukan lagi perusahaan yang bertumbuh, tetapi sudah termasuk dalam perusahaan yang mapan dan kuat.
Saham jenis blue chip sangat cocok untuk Anda yang ingin berinvestasi jangka panjang. Pada saat pergerakan market tidak menentu, saham Blue Chip biasanya cenderung stabil.
Bukan berarti saham blue chip tidak akan mengalami penurunan. Namun saham-saham blue chip biasanya paling cepat pulih dibandingkan saham small atau mid-caps.
Saham blue chip adalah jenis saham dari perusahaan dengan kondisi keuangan prima, serta beroperasi selama bertahun lamanya. Di Indonesia, saham-saham yang masuk dalam kategori blue chip berada pada daftar indeks LQ45.
Mengutip RTI, salah satu saham blue chip yang mengalami kenaikan harga tinggi adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Harga saham BBCA menguat hingga 13,36% secara sejak awal tahun atawa year to date (YtD).
Saham blue chip lainnya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang tumbuh 11,68% YtD, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menguat 14,36% YtD, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) naik 27,40% YtD.
Selain itu, saham-saham blue chip yang mengalami peningkatan harga adalah PT Astra International Tbk (ASII), PT Bayan Resources (BYAN), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT United Tractors Tbk (UNTR), dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO).
Analis Kanaka Hita Solvera Raditya Krisna Pradana mengungkapkan, kenaikan harga saham blue chip dengan kapitalisasi pasar atawa market capitalization (market cap) jumbo ini ditopang oleh kondisi makroekonomi Indonesia yang solid, melandainya kasus harian Covid-19 yang melandai, hingga adanya super cycle commodity.
"Prospek saham-saham dengan market cap jumbo masih akan menarik, terutama untuk sektor energi dan keuangan," ungkapnya pada Kontan, Senin (5/9).
Lebih lanjut Radit bilang, sektor energi menarik selama geopolitik Rusia Ukraina masih memanas. Sedangkan untuk sektor keuangan menarik lantaran adanya potensi kenaikan suku bunga lagi ke depannya.
Di lain sisi, Radit melihat lebih banyak ancaman untuk paruh kedua tahun ini, terutama setelah pemerintah secara resmi meningkatkan harga BBM subsidi dan Pertamax karena berpotensi meningkatkan inflasi secara signifikan.
Dari jajaran saham big caps, Radit memandang valuasi saham BBRI masih terbilang murah. Melihat RTI, saat ini BBRI diperdagangkan dengan harga Rp 4.590 dengan PBV 2,46 kali. Radit memberikan rekomendasi buy untuk saham BBRI dengan target harga di Rp 4.980 per saham dan BBNI dengan target di Rp 9.900 per saham.
Itulah rekomendasi saham blue chip untuk perdagangan hari ini, Selasa 6 September 2022. Ingat disclaimer on, segala risiko investasi atas rekomendasi saham di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News