Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Pada tahun 2024, SGRO berharap produksi CPO Perseroan dapat bertumbuh sampai dengan 5%.
“Perseroan menganggarkan capex sebesar Rp 400 miliar sampai Rp 700 miliar di tahun 2024. Sebesar 40% akan digunakan untuk kegiatan perkebunan dan 60% untuk kegiatan non-perkebunan,” paparnya.
PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) melihat hal yang sama. Corporate secretary TAPG Joni Tjeng melihat, pergerakan harga bursa derivatif memang mengalami fluktuasi harian. Namun, harga CPO masih akan mengalami tren positif sejak akhir tahun 2023 hingga saat ini.
Baca Juga: Kalau Ada Program B100, Minimal Butuh Pasokan CPO 36 Juta Ton Per Tahun
Jika melihat tren harga yang masih meningkat dan berada pada level yang cukup tinggi, kata Joni, diproyeksikan peningkatan masih akan terjadi pada tahun 2024.
Hal ini mengingat suplai CPO dan minyak nabati global yang belum juga membaik ditambah permintaan yang masih tetap tumbuh, baik dari domestik maupun global.
“Ini diharapkan dapat meningkatkan performa perusahaan yang lebih baik di tahun 2024 dibanding 2023,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (16/2).
Joni menegaskan, pergerakan harga komoditas memang sangat dipengaruhi kondisi global. Oleh sebab itu, strategi Perseroan fokus pada variabal yang dapat dikontrol. Yaitu, optimalisasi produktivitas di saat umur tanaman yang sedang pada masa optimal dan disertai control cost.
Baca Juga: Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Cenderung Menyusut di Awal Tahun 2024
“Melalui kedua strategi tersebut dan disertai harga CPO yang masih baik, diharapkan performa Perseroan di tahun 2024 bisa lebih baik dibandingkan 2023,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News