Reporter: Nadya Zahira | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - BANDUNG. Emiten perkebunan sawit, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) berharap harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) bisa mencapai US$ 1.200 per ton pada tahun ini.
Direktur Utama Astra Agro Lestari, Santosa menilai harga CPO tersebut sebenarnya bisa terjadi asalkan tidak ada perubahan cuaca yang ekstrem. Selain itu, pergerakan harga CPO juga sangat dipengaruhi permintaan importir CPO, yang kerap kali naik hanya ketika musim-musim tertentu saja.
“Jadi pergerakan harga CPO itu dipengaruhi importir yang biasanya itu mereka naik ketika musim-musim tententu saja, seperti tahun baru dan Imlek, lalu lebaran Idul Fitri yang di mana semua negara muslim merayakan bersama dari negara Timur Tengah, hingga Indonesia,” kata Santosa dalam acara Talk To CEO 2024, Bandung, Jumat (17/2).
Santosa memprediksi, kemungkinan harga CPO di kuartal II tahun ini tidak akan ada kenaikan signifikan lantaran momentum permintaan CPO sudah lewat.
"Jika sudah memasuki kuartal kedua, maka kemungkinan harga CPO tidak akan lagi meningkat, karena low crop itu sekarang. Kalau masuk kuartal II belum peak crop, tapi seharusnya sudah nomalize. Sedangkan seasonal festivalnya sudah tidak ada," ungkapnya.
Baca Juga: Saham AALI Terus Anjlok, Begini Tanggapan Dirut Astra Agro Lestari
Santosa menambahkan, pada tahun ini, kemungkinan permintaan CPO dalam jumlah yang sangat besar akan datang dari negara-negara Asia Selatan karena nantinya akan ada festival Deepavali pada November 2024 mendatang.
“Tapi balik lagi, hal ini juga masih tergantung pada kondisi cuaca, di mana akan ada perubahan cuaca yang eksrem atau tidak,” kata dia.
Sementara itu, Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo memperkirakan, harga CPO masih berpeluang naik.
Salah satu faktornya, “Terdapat laporan bahwa India akan meningkatkan produksi biji minyak lokal, yang merupakan bagian dari rencana India untuk mengurangi impor minyak nabati yang mahal,” ujar Sutopo saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (16/2).
Tak hanya itu, sentimen lainnya yaitu, pengiriman produk minyak sawit Malaysia turun 9,4% menjadi 1.227.101 ton pada bulan Januari 2024 lalu, menurut AmSpec Agri Malaysia. Sedangkan surveyor kargo independen lainnya, Intertek Testing Services, memperkirakan ekspor turun 6,7% menjadi 1,286,509 ton di bulan tersebut.
Sutopo menuturkan, berdasarkan perdagangan contract for difference (CFD) yang melacak pasar acuan untuk komoditas ini, harga minyak sawit meningkat 1,37% sejak awal tahun 2024.
Dia pun memperkirakan, harga minyak sawit akan diperdagangkan sebesar RM 3.888,39 per metrik ton, pada akhir kuartal I 2024, dan perkiraan akan mencapai RM 4.172,86 dalam waktu 12 bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News