Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
Di samping itu, harga tembaga berpeluang terangkat berkat seruan pemogokan kerja tak terbatas oleh Federasi Nasional Pekerja Tambang Peru pada Selasa lalu. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penolakan terhadap reformasi tenaga kerja pemerintah Peru.
Aksi mogok kerja ini dinilai dapat menghambat produksi tembaga di Peru, sehingga memengaruhi pergerakan harga komoditas tersebut di pasar global.
“Sentimen dari Peru ini hanya bumbu saja. Ketika perang dagang mereda, sebenarnya harga tembaga menjadi lebih mudah mengalami kenaikan,” ungkap dia.
Baca Juga: Kementerian ESDM: Hasil ekspor nikel tak cukup untuk bangun smelter
Dari sisi teknikal, bollinger moving average 10% di atas bollinger bawah. Indikator stochastic 70% positif sedangkan MACD 60% positif. Adapun indikator RSI wait and see. Namun, jika ECB benar-benar menurunkan suku bunga acuan, indikator RSI dapat menguat.
Ibrahim memprediksi, harga tembaga akan bergerak di kisaran US$ 5.720—US$ 6.200 per metrik ton pada perdagangan Jumat (13/9). Sementara sepekan ke depan, harga tembaga ditaksir berada di area US$ 5.720—US$ 6.700 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News