Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Harga tembaga di pasar global melorot dibayangi jatuhnya data manufaktur China.
Mengutip Bloomberg, Selasa (3/5), harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) tergerus 1,9% ke level US$ 4.955 per metrik ton. Padahal, Jumat (29/4) lalu, harga logam industri ini sempat bertengger di level US$ 5.050 per MT. Ini harga tertinggi sejak 22 Maret 2016.
Tiongkok merilis data Purchasing Managers Index (PMI) bulan April 2016 turun di bawah angka 50 yaitu 49,4. Angka tersebut di bawah estimasi ekonom yang sekitar 49,8 dan turun dari posisi Maret 2016 yaitu 49,7. "Data manufaktur China jatuh, sehingga menekan harga tembaga," ujar Direktur Utama PTGaruda Berjangka Ibrahim, Selasa (5/3).
Maklum, Negeri Tembok Besar merupakan salah satu pengguna logam industri terbesar di dunia.
Ibrahim memperkirakan, efek data China ini akan berlanjut. Ia memperkirakan, harga tembaga masih akan tertekan pada Rabu (4/5). Apalagi, saat ini terjadi suplai berlebih di pasar.
Prediksi Ibrahim, Rabu (4/5), tembaga bergulir di kisaran US$ 4.805-US$ 4.825 per MT. Adapun, sepekan, support harga tembaga di level US$ 4.720 dengan resistance US$ 5.080 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News