kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.704.000   25.000   1,49%
  • USD/IDR 16.450   35,00   0,21%
  • IDX 6.380   -139,26   -2,14%
  • KOMPAS100 926   -23,75   -2,50%
  • LQ45 725   -12,49   -1,69%
  • ISSI 196   -6,34   -3,13%
  • IDX30 379   -3,71   -0,97%
  • IDXHIDIV20 456   -5,75   -1,25%
  • IDX80 105   -2,26   -2,11%
  • IDXV30 108   -2,36   -2,13%
  • IDXQ30 124   -0,95   -0,75%

Harga tembaga naik 3% di kuartal pertama 2016


Senin, 04 April 2016 / 21:37 WIB
Harga tembaga naik 3% di kuartal pertama 2016


Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Meski tertatih, harga tembaga berhasil tutup kuartal satu 2016 dengan kenaikan. Mengutip Bloomberg, Senin (4/4) pukul 1.45 WIB harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange tergerus 0,82% ke level US$ 4.795 per metrik ton dibanding hari sebelumnya.

Namun sepanjang kuartal pertama 2016 ini harga sudah terbang 3,01%. Raihan ini dicapai setelah harga tembaga menyentuh level tertingginya sejak November 2015 silam yakni di level US$ 5.069 per metrik ton pada 17 Maret 2016.

“Itu karena pelaku pasar menduga The Fed akan menunda kenaikan suku bunga dan terbukti benar pada FOMC Maret 2016 The Fed melayangkan pernyataan dovish,” tutur Wahyu Tri Wibowo, Analis Central Capital Futures.

Pasca hal tersebut harga tembaga memang bergerak di level atas meski tidak lantas lepas dari koreksi. Dukungan bagi harga datang dari produsen-produsen besar seperti BHP Billiton Ltd yang memutuskan mempertahankan produksi dan menunda proyek-proyek terbarunya. Serta penurunan produksi yang dicatatkan Chile pada Januari 2016 menjadi 453.000 ton cukup dukung harga.

“Bukan berarti rebound ini sudah membalikkan tren. Harga tembaga masih dalam bearish,” kata Wahyu. Penyebabnya adalah kelebihan pasokan yang masih melanda. Salah satu penyebabnya adalah laporan impor tembaga China Februari 2016 yang turun dari 440.000 ton menjadi 420.000 ton.

Tekanan tinggi harga tembaga terjadi pada 15 Januari 2016 lalu, saat harga tembaga menyentuh level US$ 4.331 per metrik ton atau level terendahnya sejak April 2009 silam. “Penyebabnya karena data manufaktur China merosot tajam, permintaan pun mengempis,” jelas Wahyu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×