Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga tembaga melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari sebulan setelah Donald Trump dikutip mengatakan Amerika Serikat (AS) tidak akan mengenakan tarif pada mitra dagang segera setelah ia dilantik sebagai Presiden pada hari Senin nanti.
Kekhawatiran tentang tarif impor AS, khususnya ancaman pengenaan tarif sebesar 60% pada pengiriman dari China, dan kemungkinan perang dagang yang merugikan perdagangan dan pertumbuhan global telah menjadi fokus utama pasar sejak pemilihan umum AS pada bulan November.
Para pelaku pasar mengatakan bahwa ketakutan telah mereda untuk saat ini.
Harga tembaga acuan di London Metal Exchange (LME) naik 0,7% menjadi US$ 9.255 per metrik ton pada pukul 22.47 WIB setelah sebelumnya mencapai puncaknya pada US$ 9.297, level tertinggi sejak 11 Desember.
Baca Juga: Poin-Poin Rencana Perintah Eksekutif Donald Trump Setelah Pelantikan
Yang juga mendukung logam industri adalah harapan bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga dengan kecepatan yang lebih cepat, setelah data AS menunjukkan bahwa tekanan harga yang mendasarinya dapat mereda.
"Ekspektasi inflasi AS telah berubah. Ada penyesuaian pasar seputar profil pemotongan suku bunga. Pasar logam hanya meresponsnya secara mekanis," kata analis Panmure Liberum Tom Price.
"Jika (Trump) mulai memberlakukan tarif besar-besaran, seperti yang dilakukannya pada tahun 2018, orang-orang akan menginginkan perlindungan inflasi. Emas dan tembaga adalah permainan inflasi favorit," imbuh dia.
Suku bunga AS yang lebih rendah biasanya berarti tekanan pada mata uang AS, yang dapat membuat logam yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Baca Juga: Dolar AS Terus Melemah, Euro dan Yuan Melonjak Setelah Trump Mengomentari Tarif
Survei Reuters minggu lalu menunjukkan sebagian kecil ekonom memperkirakan Fed akan mempertahankan suku bunga tetap pada tanggal 29 Januari dan melanjutkan pemotongan pada bulan Maret.
Pertumbuhan PDB Tiongkok yang kuat pada kuartal terakhir tahun lalu merupakan faktor lain di balik sentimen positif, kata para pedagang.
Sementara itu, premi Yangshan menunjukkan permintaan China yang lebih kuat. Pada harga US$ 76 per ton, tolok ukur selera Tiongkok untuk mengimpor tembaga ini telah naik 76% sejak awal November.
Pada logam lain, harga aluminium naik 0,4% menjadi US$ 2.694 per ton. Harga seng naik 0,9% menjadi US$ 2.969, harga timbal naik 1,2% menjadi US$ 1.991. Harga timah naik 1,2% menjadi US$ 30,150 dan nikel tetap datar di US$ 19.095.
Selanjutnya: BBCA dan GOTO Teratas, Cek Saham yang Banyak Dijual Asing di Awal Pekan, Senin (20/1)
Menarik Dibaca: Hujan Turun di Daerah Mana? Ini Ramalan Cuaca Besok (21/1) di Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News