Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga surat utang negara (SUN) berpotensi merosot pada perdagangan Jumat (25/11).
Mengacu Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) per Kamis (24/11), rata-rata harga obligasi pemerintah (INDOBeX Government Clean Price) merosot 0,39% dibandingkan hari sebelumnya ke level 109,23.
Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra memproyeksikan, harga obligasi negara di pasar sekuder pada perdagangan hari ini masih akan menyusut. Sebab, belum ada katalis positif yang mampu menyokong kenaikan harga SUN. Tekanan juga berasal dari tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).
Mata uang Negeri Paman Sam memang tengah perkasa pasca pelaksanaan pemilihan umum Presiden AS pada 8 November 2016.
"Dengan minimnya perubahan imbal hasil surat utang global, kami perkirakan akan membatasi pergerakan harga SUN di awal perdagangan," terangnya.
Pada perdagangan kemarin, imbal hasil obligasi dunia ditutup dengan perubahan yang relatif terbatas akibat liburnya pasar keuangan AS.
Sementara imbal hasil surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) bertenor 10 tahun mengecil terbatas ke level 0,26% dan 1,44%.
Rekomendasi SUN hari ini
Made juga menerangkan, secara teknikal, harga obligasi negara masih bergulir pada tren bearish. Ini akan membatasi peluang timbulnya kenaikan harga SUN dalam waktu dekat. Terlebih investor asing masih melanjutkan aksi jual SUN.
Oleh karena itu, dia menyarankan investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga SUN di pasar sekunder.
Bagi investor berhorizon investasi jangka panjang, rata-rata tingkat imbal hasil SUN yang mencapai 8,21% menjadikan instrumen ini cukup menarik untuk kembali diakumulasi di tengah tren penurunan suku bunga perbankan.
"Imbal hasil SUN bertenor lima tahun telah menyentuh level 8,1% dan untuk tenor di atas 10 tahun telah menawarkan imbal hasil di atas 8,15%. Serta 8,5% untuk tenor di atas 20 tahun," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News