Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Saratoga Investama Sedaya (SIS) baru saja melakukan due dilligence dan public expose initial public offering (IPO) beberapa waktu yang lalu. Dalam perhelatan tersebut, manajemen melepas sekitar 271 juta hingga 430 juta saham atau sekitar 10%-15% dari total modal disetor dengan kisaran harga Rp 6.100-Rp 7.800 per saham. Tapi, harga penetapan saham IPO setelah bookbuilding justru turun menjadi Rp 5.500 per saham.
Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities, menilai, harga kisaran sebelum bookbuilding sebenarnya terbilang mahal sehingga harga per sahamnya terpaksa diturunkan. Menurutnya, alangkah baiknya jika SIS melepas saham pada harga yang tidak jauh berbeda dengan saham PT ABM Investama Tbk (ABMM), sekitar level 2.900 per saham.
"Karena belum ada industri sejenis, maka discounted net asset value (NAV) memang yang paling ideal untuk menggambarkan nilai bersih mereka. Tapi investor, khususnya ritel, mana mau tahu soal itu. Kalau dinilai mahal, ya, minat mereka turun. Buktinya, harga penetapannya sekarang di bawah harga kisarannya waktu itu," jelas Reza kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Reza juga mengaku, bukan dirinya saja yang menilai harga saham SIS mahal. Banyak investor ritel yang ditemuinya enggan membeli saham SIS karena dinilai terlampau tinggi.
"Tapi, jika melihat secara fundamental, sebenarnya kondisi SIS memang cukup bagus. Jadi, pasca IPO ini kinerja SIS harus lebih meningkat," urainya.
Yanuar Rizky, Pengamat Pasar Modal, memiliki penilaiannya tersendiri. Menurutnya, mulai dari segi langkah, timing, hingga harga saham IPO, sangat tergantung dengan ada atau tidaknya bandar (pembeli siaga). "Karena yang penting itu ada pembeli siaganya atau tidak. Kalau ada, IPO itu pasti meriah," imbuhnya.
Yanuar menambahkan, satu hal yang perlu diingat, selama ini SIS selama ini menjadi jalur perputaran dana likuiditas asing. Yang menjadi masalah, likuiditas asing sendiri akhir-akhir ini sedang ketat.
Dia menilai, ketatnya likuiditas asing memberikan sinyal bahwa nantinya saham SIS dikendalikan secara internal terlebih dahulu oleh para afiliasi SIS. "Berhubung SIS merupakan perusahaan investasi, maka prospek kinerja mereka pasca IPO akan mengikuti pasar yang masih terus berfluktuasi seperti ini," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News