Reporter: Nur Qolbi | Editor: Khomarul Hidayat
Ke depannya, Analis RHB Sekuritas Indonesia Michael Wilson Setjoadi melihat, harga saham rokok dapat terus rally jika mendapat katalis positif. "Harga jual rokok naik terus dan harusnya margin tidak separah yang diekspektasi," ujar dia saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (9/1).
Terlebih lagi, menurut dia, valuasi saham-saham emiten rokok sudah tergolong murah akibat sentimen negatif berupa kenaikan tarif cukai yang ramai bergulir tahun lalu. Jadi, dengan katalis positif, saham-saham ini berpeluang untuk rebound. Per Kamis (9/1), price to earning ratio (PER) GGRM berada di 11,40x dan HMSP di 19,49x.
Baca Juga: APVI: Industri rokok elektrik, potensi baru serapan tembakau dalam negeri
Christine juga melihat bahwa GGRM dan HMSP sama-sama telah menaikkan harga jual rata-rata atau avegare selling price (ASP) untuk produk-produk yang lebih murah. Menurut dia, hal ini dapat berdampak positif terhadap margin perusahaan rokok meski berpotensi menggerus volume penjualan.
Di sisi lain, ASP merek-merek andalan kedua perusahaan yang sudah memenuhi persyaratan harga jual eceran (HJE) yang baru, justru belum meningkat. Sebut saja A Mild, A Platinum, dan Dji Sam Soe Super Premium milik HMSP dan GG International dan GG Surya milik GGRM. "Kami percaya bahwa kedua perusahaan secara hati-hati memelihara pangsa pasar masing-masing," kata dia.
Menurut dia, para pelaku pasar masih melihat realisasi volume penjualan rokok kuartal IV-2019 serta marginnya. Untuk itu, ia masih mempertahankan underweight untuk sektor rokok pada 2020. Potensi upside ke sektor ini dapat terjadi jika volume penjualan pada tahun ini dapat lebih baik dari ekspektasi meskipun terjadi kenaikan ASP yang signifikan.
Baca Juga: Mengulas dampak kenaikan sejumlah tarif pada awal 2020 terhadap pertumbuhan ekonomi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News