kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga saham emiten rokok kembali naik, ini penyebabnya menurut analis


Kamis, 09 Januari 2020 / 22:09 WIB
Harga saham emiten rokok kembali naik, ini penyebabnya menurut analis
ILUSTRASI. Pekerja melintas di dekat layar pergerakan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (27/12/2019). Sejak awal tahun 2020 hingga Kamis (9/1), harga saham mayoritas emiten rokok mencatatkan kenaikan.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun 2020 hingga Kamis (9/1), harga saham mayoritas emiten rokok mencatatkan kenaikan. Sebagai contoh, saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) melesat 7,42% ke Rp 57.200 per saham, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) naik 7,04% ke Rp 2.280 per saham, dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) tumbuh 5,95% ke Rp 178 per saham.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya berpendapat, lonjakan harga yang terjadi pada saham-saham perusahaan rokok baru-baru ini didorong oleh penerimaan cukai tahun 2019 yang melebihi ekspektasi.

Baca Juga: Pemerintah optimistis penerimaan bea cukai tahun 2020 capai target

Pemerintah mencatat, realisasi penerimaan cukai tahun lalu mencapai Rp 172,3 triliun atau lebih tinggi 3,9% dari outlook yang sebesar Rp 165,8 triliun. Kemudian, penerimaan cukai hasil tembakau menyumbang 95,65%-nya.

Selanjutnya, penerimaan cukai yang melebihi ekspektasi ini dapat menjadi sentimen positif bagi perusahaan rokok. Sebab ada harapan bahwa volume penjualan pada kuartal IV-2019 juga bakal terkerek.

Sebagai catatan, pada kuartal III-2019, volume penjualan rokok Indonesia turun 1,6% year on year (yoy) menjadi 79 miliar batang dari sebelumnya 80,3 miliar batang. Namun, jika diakumulasi sepanjang sembilan bulan pertama tahun lalu, volume penjualan industri masih tumbuh sebesar 0,76% yoy menjadi 226,5 miliar batang.

Christine juga menilai, kenaikan harga saham-saham rokok ini didorong upaya pemerintah dalam mengurangi jumlah rokok ilegal.  "Kami juga percaya Indeks Keyakinan Konsumen pada Desember 2019 yang lebih dari ekspektasi juga mendukung laju harga," kata dia dalam riset yang dirilis, Rabu (8/1).

Baca Juga: Cukai Rokok Naik, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham HMSP, GGRM, dan RMBA

Sebagai informasi, hasil survei konsumen yang dilakukan Bank Indonesia (BI) menunjukkan, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Desember 2019 naik menjadi 126,4 dari bulan sebelumnya yang di level 124,2.

Ke depannya, Analis RHB Sekuritas Indonesia Michael Wilson Setjoadi melihat, harga saham rokok dapat terus rally jika mendapat katalis positif. "Harga jual rokok naik terus dan harusnya margin tidak separah yang diekspektasi," ujar  dia saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (9/1).

Terlebih lagi, menurut dia, valuasi saham-saham emiten rokok sudah tergolong murah akibat sentimen negatif berupa kenaikan tarif cukai yang ramai bergulir tahun lalu. Jadi, dengan katalis positif, saham-saham ini berpeluang untuk rebound. Per Kamis (9/1), price to earning ratio (PER) GGRM berada di 11,40x dan HMSP di 19,49x.

Baca Juga: APVI: Industri rokok elektrik, potensi baru serapan tembakau dalam negeri

Christine juga melihat bahwa GGRM dan HMSP sama-sama telah menaikkan harga jual rata-rata atau avegare selling price (ASP) untuk produk-produk yang lebih murah. Menurut dia, hal ini dapat berdampak positif terhadap margin perusahaan rokok meski berpotensi menggerus volume penjualan.

Di sisi lain, ASP merek-merek andalan kedua perusahaan yang sudah memenuhi persyaratan harga jual eceran (HJE) yang baru, justru belum meningkat. Sebut saja A Mild, A Platinum, dan Dji Sam Soe Super Premium milik HMSP dan GG International dan GG Surya milik GGRM. "Kami percaya bahwa kedua perusahaan secara hati-hati memelihara pangsa pasar masing-masing," kata dia.

Menurut dia, para pelaku pasar masih melihat realisasi volume penjualan rokok kuartal IV-2019 serta marginnya. Untuk itu, ia  masih mempertahankan underweight untuk sektor rokok pada 2020. Potensi upside ke sektor ini dapat terjadi jika volume penjualan pada tahun ini dapat lebih baik dari ekspektasi meskipun terjadi kenaikan ASP yang signifikan.

Baca Juga: Mengulas dampak kenaikan sejumlah tarif pada awal 2020 terhadap pertumbuhan ekonomi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×