kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45921,71   -13,81   -1.48%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Saham BBRI Turun 2,8% selama 5 Hari Terakhir, Cek PER dan PBV Hari Ini


Kamis, 17 November 2022 / 06:15 WIB
Harga Saham BBRI Turun 2,8% selama 5 Hari Terakhir, Cek PER dan PBV Hari Ini
ILUSTRASI. Sejumlah pekerja membersihkan gedung Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Jakarta, Senin (24/10/2022). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk, Hasbi Maulana | Editor: Hasbi Maulana

KONTAN.CO.ID - Rabu (16/11) harga saham BBRI (Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.) ditutup memerah.

Saat bursa menutup hari perdagangan, harga saham BBRI persis di harga penutupan Rp 4.520 per saham.

Dibandingkan dengan penutupan Selasa (15/11), harga saham BBRI kemarin minus 1,31% dari Rp 4.580.

Mencatatkan harga tertinggi Rp 4.610 dan harga terendah Rp 4.490, harga saham BBRI ditutup turun Rp 60 per saham dalam sehari.

Baca Juga: Harga Saham BBRI, BBCA, BBTN, BBNI, BMRI, BRIS Kompak Rontok, Terseret IHSG!

Kalau dihitung sejak 7 hari yang lalu (9 November 2022), harga saham BBRI kemarin turun 2,80 % dibanding harga saat itu (Rp 4.650).

Adapun sejak setahun lalu (16 November 2021) harga saham BBRI sudah naik 9,44% dari harga saat itu (Rp 4.130).

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total nilai transaksi saham BBRI mencapai Rp 1.132,50 miliar, sedangkan volume saham yang ditransaksikan mencapai 249.900.500 lot.

Dengan earning per share (EPS) alias laba bersih per saham Rp 327, maka price to earning ratio (PER) saham ini 13,82 kali. Adapun price to book value (PBV) saham BBRI 2,42 kali.

Pada akhir sesi perdagangan, Rabu (16/11) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun lumayan dalam. Sempat menguat pada awal perdagangan, IHSG berangsur turun lagi.

Baca Juga: IHSG Rontok, Harga Saham BRMS, ANTM, INCO, PTBA Turut Longsor, ITMG Ijo!

BRI Raup Laba Bersih Rp 39 Triliun 

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) berhasil menjaga fundamental kinerja keuangan yang positif hingga kuartal III 2022 dengan tetap fokus pada bisnis inti di segmen UMKM, kualitas asset yang terjaga dengan prudent, serta likuiditas yang memadai. 

Bank pelat merah ini membukukan laba bersih konsolidasi atau laba tahun berjalan yang diatribusikan ke entitas induk sebesar Rp 39,15 triliun sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini atau melesat 103,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan tersebut terus meningkat dimana pada semester I tercatat tumbuh 98,3%.

Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan, pencapaian tersebut tak lepas dari strategic response BRI yang tepat di tengah berbagai tantangan ekonomi. 

Pertama, fungsi intermediasi penyaluran kredit maupun penghimpunan dana masyarakat  perseroan masih tumbuh positif. 

BRI juga dapat menjaga sustainability pertumbuhan ini dengan fokus pada aspek likuiditas terutama pertumbuhan dana murah, serta menjaga kualitas aset, terutama kredit yang kami restrukturisasi akibat pandemi Covid-19. 

"Disamping itu, BRI juga mampu mencatat pertumbuhan Fee Based Income yang semakin baik dengan ditopang meningkatnya transaksi digital banking BRI berkat transformasi digital yang terus dilakukan secara berkelanjutan”, jelas Sunarso dalam paparan kinerja kuartal III-2022, Rabu (16/11).

Per September 2022, total kredit dan pembiayaan BRI Group tercatat sebesar Rp 1.111,48 triliun atau tumbuh 7,92% secara tahunan. 

Baca Juga: Sejumlah Emiten Membukukan Rekor Laba, Begini Rekomendasi Sahamnya

Secara khusus, portofolio kredit UMKM BRI tercatat meningkat sebesar 9,83% secara tahunan dari Rp.852,12 triliun di akhir September 2021 menjadi Rp 935,86 triliun di akhir September 2022. Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI terus meningkat, menjadi sebesar 84,20%.

Portofolio kredit segmen mikro BRI tercatat tumbuh 14,12% secara tahunan, segmen konsumer tumbuh 7,55% secara tahunan segmen kecil & menengah tumbuh 2,89% secara tahunan, dan segmen korporasi terkontraksi 1,24% secara tahunan, dimana hal tersebut selaras dengan upaya BRI untuk terus meningkatkan porsi kredit UMKM hingga mencapai 85%.

“Komitmen BRI untuk terus memperbesar porsi pembiayaan kepada segmen UMKM merupakan bukti nyata BRI untuk terus mendorong pemulihan dan pertumbuhan perekonomian Indonesia. Peran aktif BRI dengan memberdayakan dan mendorong UMKM untuk terus tumbuh maka akan membuka dan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, mengingat 97% lapangan pekerjaan di Indonesia berasal dari segmen UMKM,” ujar Sunarso.

Keberhasilan BRI dalam menjalankan fungsi intermediasi mampu diimbangi dengan manajemen risiko yang baik. Hal tersebut tercermin dari rasio NPL BRI secara konsolidasian yang manageable di level 3,09%.

Baca Juga: Empat Perusahaan Antre IPO, Cermati Sektor dan Calon Emiten Berikut

Di sisi lain, BRI menyiapkan pencadangan yang cukup sebagai langkah antisipatif. NPL Coverage BRI tercatat sebesar 278,79%, dimana angka ini meningkat dibandingkan dengan NPL Coverage di akhir Kuartal III tahun lalu yang sebesar 252,86%.

Kemampuan BRI dalam menjaga kualitas asset juga tercermin dari terus menurunnya tren Loan at Risk (LAR). Hingga akhir Kuartal III 2022 tercatat LAR BRI sebesar 19,28%, turun dibandingkan dengan LAR pada Kuartal III 2021 sebesar 25,62%.

Dalam hal penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), BRI berhasil mencatatkan kinerja positif. Hingga akhir Kuartal III 2022, DPK BRI tercatat tumbuh positif menjadi Rp 1.139,77 triliun. 

Dana murah (CASA) menjadi pendorong utama pertumbuhan DPK BRI, dimana secara year on year meningkat sebesar 10,22%. Apabila dirinci, Giro tercatat tumbuh 18,99% dan Tabungan tumbuh 6,37%. 

Secara umum saat ini proporsi CASA BRI konsolidasian tercatat 65,43%, meningkat signifikan dibandingkan dengan CASA pada periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 59,60%. Hal tersebut memberikan dampak positif diantaranya dari beban bunga yang tercatat menurun sebesar 9,12% secara yoy, dan biaya dana (Cost of Fund) BRI secara konsolidasian juga terus turun menjadi sebesar 1,94%.

Kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit dan pembiayaan juga didukung dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat. 

"Hal ini terlihat dari LDR bank secara konsolidasian yang terjaga di level 88,51% dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 26,14%," pungkas Sunarso.

IHSG Rontok 0,30% dalam Sehari

Sekadar pengingat, saat Bursa Efek Indonesia (BEI) menutup hari perdagangan, IHSG berada di angka indeks 7.014,38.

Itu berarti dalam tempo 6 jam perdagangan, indeks utama di bursa saham Indonesia tersebut turun sedalam 0,30%.

Penurunan IHSG itu ternyata sejalan dengan penurunan sebagian besar indeks sektoral. Dari 11 indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia, sembilan di antaranya negatif.

Mereka adalah sektor IDX Sektor Kesehatan (-0,03%), IDX Sektor Energi (-0,09%), IDX Sektor Transportasi & Logistik (-0,12%), IDX Sektor Perindustrian (-0,15%), IDX Sektor Keuangan (-0,49%), IDX Sektor Barang Konsumen Non-primer (-0,50%), IDX Sektor Properti & Real Estat (-1,02%), IDX Sektor Infrastruktur (-1,28%) dan IDX Sektor Barang Baku (-1,85%).

Adapun dua indeks sektoral yang positif alias naik adalah IDX Sektor Teknologi (1,28%) dan IDX Sektor Barang Konsumen Primer (0,12%).

Tampak bahwa penurunan terdalam perdagangan ini menimpa indeks IDX Sektor Kesehatan. Adapun kenaikan paling tinggi dialami indeks IDX Sektor Teknologi.

Baca Juga: Antam (ANTM) Menggandeng CNGR Kembangkan Kawasan Industri Hilirisasi Bijih Nikel

Saham adalah Instrumen Investasi  

Saham adalah surat berharga yang menjadi bukti bahwa pemiliknya memiliki bagian perusahaan, sesuai porsi saham yang dimilikinya.

Pemilik saham berhak atas dividen yang dihasilkan, sekaligus ikut terpapar risiko jika perusahaan mengalami kerugian usaha.

Masyarakat bisa memiliki saham-saham yang telah menjual sahamnya kepada publik. Perusahaan yang sahamnya bisa dibeli oleh masyarakat ini basa disebut perusahaan terbuka.

Saham-saham perusahaan terbuka bisa diperjualbelikan oleh masyarakat melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) lewat perusahaan perantara yang biasa disebut perusahaan sekuritas atau broker.

Meski sering disebut dengan satuan lembar, di Indonesia saat ini saham tidak lagi berupa lembaran-lembaran kertas.

Semua saham perusahaan publik berupa data digital yang tercatat di lembaga pencatatan efek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×