Reporter: Ade Jun Firdaus, KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Proses penerbitan saham baru alias rights issue dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) PT Pan Brothers Tbk (PBRX), maju selangkah lagi. Emiten tekstil ini telah menetapkan kisaran harga saham baru yang akan mereka terbitkan pada hajatan itu.
Menurut Direktur PBRX Fitri Ratnasari Hartono, harga saham baru itu berkisar Rp 1.350 - Rp 1.650 per saham. "Kisaran harga ini disesuaikan kebutuhan dana dengan perkiraan biaya tidak lebih dari 2%," ujar dia, Jumat (29/10).
Artinya, lewat hajatan kali ini PBRX berharap bisa meraup dana segar antara Rp 650 miliar - Rp 750 miliar. Maklum, PBRX bakal menerbitkan 445,44 juta saham baru. Ini adalah rights issue kedua yang pernah mereka selenggarakan sejak tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Di samping rights issue, PBRX juga berencana menerbitkan waran seri I dengan harga yang dipatok di kisaran Rp 1.400 - Rp 1.700 per saham. Setiap pemegang tiga saham baru memiliki hak mengeksekusi satu waran (rasio 3:1). Adapun periode pelaksanaan eksekusi waran ini berlaku mulai 20 Juni 2011 hingga 19 Desember 2012.
Rencananya, PBRX akan menggunakan Rp 396 miliar juta atau lebih dari 60% total dana hasil rights issue akan PBRX alokasikan untuk menambah kepemilikan di
PT Pancaprima Ekabrothers, salah satu anak usaha PBRX yang merupakan produsen pakaian jadi. Sedangkan aksi akuisisi 51% saham Trading Company Garment, PBRX hanya mematok dana sekitar Rp 41,31 miliar.
Fitri menegaskan, PBRX memang ingin memiliki perusahaan trading house alias keagenan garmen, agar bisa melebarkan sayap bisnis ke pasar internasional. Adapun untuk ekspansi, PBRX mengalokasikan Rp 100,35 miliar untuk investasi perluasan kapasitas produksi.
Selain itu, PBRX menganggarkan dana untuk pembelian tanah dan bangunan pabrik, yang ditaksir butuh dana Rp 36 miliar. PBRX juga menganggarkan modal kerja Rp 146,62 miliar, termasuk untuk beberapa rencana akuisisi dan kerja sama dengan pelaku industri garmen di dalam serta luar negeri. "Total perkiraan kebutuhan kami mencapai Rp 720,28 miliar," kata Fitri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News