kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga obligasi pemerintah stagnan


Selasa, 23 Oktober 2012 / 06:12 WIB
Harga obligasi pemerintah stagnan
ILUSTRASI. Mie kuah susu, menjadi salah satu kreasi ide santapan berbahan dasar mie yang simple dan bisa dibuat di rumah. (Dok/Dapur Kobe)


Reporter: Wahyu Satriani, Dina Farisah | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Harga rata-rata surat utang negara (SUN) year to date stagnan. Pergerakan harga SUN sampai akhir tahun terganjal oleh kehadiran berbagai SUN baru baru.

Indeks Inter Dealer Market Association (IDMA), Senin (22/10), naik 0,72% dalam sepekan menjadi 109,35. Jika dihitung dari awal tahun ini, atau year to date (ytd), kenaikan sebesar 0,27% .

Nilai kepemilikan investor asing per 19 Oktober di SUN adalah Rp 829,37 triliun. Angka itu setara dengan 29,53% dari total outstanding SUN. Padahal pada porsi asing akhir tahun 2011 mencapai 30,79% total outstanding.  

I Made Adi Saputra, Analis NC Securities, menuturkan, minimnya pertumbuhan indeks harga obligasi pemerintah karena harga terpangkas di awal tahun. Akibatnya, pelaku pasar yang menikmati keuntungan adalah mereka yang aktif trading. "Kalau investor berorientasi hold, untungnya kecil," ujar dia.

Di samping itu, target penerbitan SUN yang cukup besar juga mengganjal peningkatan harga. Saat ini, pemerintah telah menerbitkan seri baru senilai Rp 233,28 triliun. Dan, masih ada rencana penerbitan baru senilai Rp 37,13 triliun, hingga akhir tahun.

Analis Obligasi PT Trimegah Securities, Herdi Ranu Wibowo, mengatakan, pelemahan rupiah terhadap dollar AS, turut menekan harga SUN. USD/IDR ytd sampai 22 Oktober naik 5,97% ke 9.611.

Pelemahan rupiah menurut Herdi masih akan berlangsung sampai akhir tahun. Sebab, permintaan dollar AS untuk memenuhi kebutuhan perusahaan masih tinggi.

Namun, analis masih yakin harga obligasi masih akan naik sampai tahun depan. Namun, Made mewanti-wanti agar melihat dampak dari kenaikan tarif dasar listrik dan rencana pengurangan subsisdi bahan bakar minyak.

Jika kedua rencana itu terlaksana, inflasi bisa melaju. Ujung-ujungnya, bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate bergeser naik. Dalam situasi itu, yield SUN bisa terseret naik, otomatis harga obligasi pemerintah terpangkas.

Faktor pengungkit

"Namun di sisi lain, pengurangan subsidi akan menyehatkan APBN hingga ada kemungkinan peringkat surat utang kita naik lagi, atau outlooknya berubah," imbuh Made. Kalau itu terjadi, capital outflow besar akan mencegah kenaikan yield.

Pendapat Herdi, investor asing masih akan masuk sampai akhir tahun. Dia juga yakin harga obligasi akan kembali menyentuh level tertinggi sepanjang tahun.

Billie Fuliangsahar, Head of Treasury PT Rabobank International Indonesia, seperti dikutip Bloomberg, menuturkan, peringkat BBB- dengan outlook stabil dari Rating and Investment Information Inc (R&I) mengukuhkan posisi Indonesia sebagai negara yang layak investasi.

"Investor asing masih mengandalkan lembaga pemeringkat ketika menempatkan dananya di Indonesia, karena mereka tidak akrab dengan pasar di sini," ujar dia.

Made menyarankan, investor agar trading dalam jangka pendek. Dia juga merekomendasikan membeli saat lelang perdana. Alasan dia, harga biasanya lebih murah. Sedang seri yang bisa diakumulasi seperti FR0066, FR0065, FR0064 dan FR0063.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×