Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Meredanya tekanan di pasar surat utang membuat harga obligasi korporasi sedikit menggemuk.
Rata-rata harga obligasi korporasi pada Senin (30/11) yang tercermin pada INDOBeX Corporate Clean Price terkoreksi 0,01 poin atau 0,01% dibandingkan hari sebelumnya ke level 103,73. Namun, ketimbang akhir tahun 2014 alias year to date (ytd), indeks terangkat 0,08 poin atau sekitar 0,08%.
Analis Millenium Capital Management Desmon Silitonga menjelaskan, kenaikan tersebut bukan menandakan pasar surat utang sudah menghijau. Sebab, pertumbuhan harga obligasi korporasi secara sejak awal tahun hingga sekarang masih minim.
Namun, tren harga obligasi korporasi memang membaik dibandingkan kondisi pasar kuartal III 2015. Kala itu, berbagai sentimen negatif mendera pasar surat utang domestik. Mulai dari spekulasi kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed, pelemahan rupiah hingga level Rp 14.700, serta aksi China mendevaluas mata uang Yuan.
Katalis tersebut menekan harga Surat Utang Negara (SUN) yang turut menyeret pergerakan harga obligasi korporasi.
Lihat saja rata-rata harga obligasi pemerintah yang terlihat pada INDOBeX Government Clean Price yang merosot 4,08 poin atau sekitar 3,71% secara ytd ke posisi 106,2.
Namun, lanjut Desmon, kondisi pasar surat utang dalam negeri saat ini memang sudah lebih baik pasca The Fed menunda rencana kenaikan suku bunga acuan pada akhir September 2015. Penguatan rupiah hingga di bawah level Rp 14.000 juga turut membangkitkan gairah pasar.
Mark Prawirodidjojo, Research Analyst Infovesta Utama menambahkan, terjaganya inflasi dalam negeri juga turut membantu mengangkat harga obligasi korporasi. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, inflasi dari awal tahun hingga Oktober 2015 tercatat 2,16%.
“Eskpektasi suku bunga acuan Bank Indonesia yang stabil juga turut menopang harga obligasi korporasi,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News