Reporter: Petrus Sian Edvansa | Editor: Yudho Winarto
Data klaim pengangguran AS juga akan dirilis Kamis (13/10) ini. Diperkirakan orang yang mengajukan klaim ini sebanyak 252.000 orang, melebihi data minggu lalu yang sebanyak 249.000 orang. "Jika sesuai prediksi, dengan bertambahnya jumlah pengangguran maka harga nikel akan berpotensi untuk mendulang koreksi pada Kamis atau Jumat," prediksi Ibrahim.
Dalam jangka panjang, Ibrahim melihat bahwa harga nikel masih akan cukup bagus. "Kalau data China sebagai pasar utama terus baik dan dunia industri meningkat, maka harga nikel ke depan akan terbantu. Mungkin akhir tahun bisa menyentuh angka US$ 11.000 per metrik ton.
Belum lagi, pasokan nikel di pasar global ditengarai akan berkurang akibat penataan ulang tambang di Filipina. "Filipina belum membuat alternatif selain menutup dan menghentikan sementara tambang-tambang nikelnya." tambah Ibrahim.
Tertahannya revisi UU minerba di Senayan juga menjadi sentimen yang menekan pasokan global. Memang, UU minerba yang dimiliki Indonesia saat ini tidak memperkenankan adanya ekspor bahan mentah. "Apabila revisi UU minerba ini diteken, maka Indonesia dapat memaksimalkan impor komoditas seperti nikel," terang Andri Hardianto, analis Asia Tradepoint Futures
Secara teknikal, Ibrahim melihat bahwa tren nikel masih akan cenderung menguat ke depannya. Indikator bollinger bands dan moving average berada 30% di atas bollinger tengah. Meskipun indeks stochastic berada di area 60% negatif, tapi indikator moving average convergence divergence dan relative strength index berada pada area 60% positif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News