Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga nikel menyentuh level tertinggi lebih dari dua bulan pada hari Kamis (29/2). Beberapa investor bertaruh bahwa penurunan pasar telah mereda di tengah kekhawatiran tentang pasokan dari produsen utama Indonesia.
Melansir Reuters, harga Nikel dengan tenor tiga bulan di London Metal Exchange (LME) naik 0,4% menjadi US$17.675 per ton pada 11.00 GMT, setelah menyentuh US$17.830, tertinggi sejak 10 November.
Harga Nikel LME telah naik 8,6% bulan ini dan berada di jalur kenaikan bulanan pertama sejak bulan Juli.
Baca Juga: Umur Cadangan Nikel RI Bisa Makin Pendek dari 11 Tahun Jadi 6 Tahun, Ini Penyebabnya
“Orang-orang bertanya, apakah harga dasar sudah cukup tinggi saat ini, sudahkah kita mencapai harga dasar nikel? Rasanya narasi super bearish sedang ditantang,” kata Dan Smith, kepala penelitian di Amalgamated Metal Trading.
Nikel merupakan logam dengan kinerja terburuk pada tahun lalu di antara semua logam dasar LME. Dengan penurunan sebesar 45% karena melemahnya permintaan dan peningkatan produksi Indonesia yang stabil.
Smith menambahkan, data positioning LME terbaru menunjukkan, harga terangkat karena kombinasi penutupan posisi spekulan bearish dan segelintir investor bullish yang membeli posisi baru.
Baca Juga: Diadang Pelemahan Harga Komoditas, Intip Prospek Emiten Tambang Tahun Ini
Posisi short dibatalkan minggu lalu karena kekhawatiran bahwa nikel akan dimasukkan dalam sanksi baru Barat terhadap produsen utama Rusia, namun sanksi tersebut tidak menyebutkan logam tersebut.
Di negara produsen terbesar di Indonesia, keterlambatan dalam menyetujui kuota penambangan baru menyebabkan pabrik peleburan memperlambat operasi dan membatasi produksi.
Namun Smith berhati-hati mengenai kenaikan lebih lanjut.
"Jika kita mencapai US$18.000, US$19.000 atau bahkan US$20.000, Anda akan melihat gelombang besar orang yang menjualnya dan melakukan lindung nilai. Sulit untuk berpikir bahwa Anda akan melihat banyak keuntungan."
Sementara itu, Kontrak nikel bulan Mei yang paling banyak diperdagangkan di Shanghai Futures Exchange (SHFE) naik 1,7% menjadi 137,710 yuan ($19,140) per ton. Kontrak tersebut naik 7,1% sepanjang bulan ini.
Baca Juga: Harga Aluminium Naik ke Level Tertinggi 3 Minggu pada Rabu (21/2)
Di tempat lain, harga Timbal LME berkurang 0,7% menjadi US$2.068,50 per ton setelah persediaan LME melonjak 11.350 ton ke level tertinggi sejak Mei 2017.
Seng turun 0,2% menjadi US$2.410,50 setelah saham LME naik ke level tertinggi sejak Juni 2021.
Tembaga LME naik 0,2% menjadi US$8.465,50 per ton, aluminium naik 0,7% menjadi US$2.205, dan timah sedikit berubah pada US$26.565.
Semua logam dasar kecuali timah dan nikel diperkirakan mengalami penurunan bulanan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News