Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga emas bakal diuntungkan potensi penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) di tahun 2024. Pelonggaran kebijakan moneter dapat menyusutkan pamor dolar AS, sehingga membuat harga emas lebih berkilau.
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin menilai potensi keuntungan investasi emas terbuka di tahun 2024, seiring kebijakan The Fed yang menandakan sikap dovish.
Dalam pertemuan bulan Desember 2023, The Fed menahan suku bunga di kisaran 5.25% - 5.50% untuk ketiga kalinya. Tak hanya itu, Bank Sentral AS itu juga memberikan sinyal pemangkasan suku bunga acuan sebanyak 3 kali di tahun 2024.
“Sentimen The Fed disambut antusias oleh pasar terlihat dari turunnya indeks obligasi yang berdampak pada pelemahan dolar AS, sehingga harga emas menguat,” jelas Nanang kepada Kontan.co.id, Kamis (28/12).
Nanang memaparkan bahwa kondisi ekonomi Amerika Serikat sudah cukup menjelaskan bagaimana kemungkinan kebijakan suku bunga acuan di tahun 2024. Hal itu tercermin dari data tenaga kerja AS yang positif dan penurunan angka inflasi yang walaupun belum mencapai target namun tetap terukur.
Baca Juga: Harga Emas Berada di Level Tertinggi Dalam Lebih dari Tiga Pekan
Selain itu, angka sektor ISM manufaktur masih berada di bawah level kontraksi. PDB AS juga menjadi sorotan dengan pertumbuhan ekonomi 4,9% pada kuartal ketiga 2023 yang menyamai perkiraan awal.
“Data-data ini menjadi harapan sesegera mungkin The Fed melonggarkan kebijakan moneter,” kata Nanang.
Nanang berujar, sikap dovish yang digaungkan The Fed dalam kebijakan suku bunga telah menjadikan momentum bagi naiknya harga emas. Terlebih lagi penurunan indeks dolar AS di bawah level 102, dikala harga emas di kisaran US$2.050 per ons troi telah membuka ruang kenaikan lanjutan bagi emas untuk berada di atas US$ 2.088 per ons troi dalam jangka pendek.
DI sisi lain, Analis DCFX Andrew Fischer menilai prospek menjanjikan harga emas di tahun 2024 sebagai andalan aset lindung nilai (safe haven). Hal tersebut karena pengaruh dari dolar AS yang cenderung akan menurun lebih lama di tahun 2024.
“Kondisi ini merupakan pengaruh dari ketahanan suku bunga yang cukup lama, dengan demikian investor akan cenderung memilih XAUUSD karena ketidakpastian terhadap perekonomian, yang di mana XAUUSD cenderung menjadi safe haven dan menjadi sorotan di tahun 2024,” ungkap Fischer dalam riset yang dibagikan, Kamis (21/12).
Fischer memprediksi, harga emas akan diperdagangkan lebih tinggi dari konsensus pasar dalam waktu dekat, terutama karena statusnya sebagai aset safe haven dan adanya faktor ketakutan.
Faktor ketakutan ini didorong oleh meningkatnya ketidakpastian, termasuk tekanan perbankan dan pendanaan, serta meningkatnya kemungkinan terjadinya resesi di AS pada tahun depan.
Baca Juga: Harga Emas Spot Tembus US$2.086,66 Kamis (28/12), Level Tertinggi 3 Minggu
Selain itu, emas didukung oleh peningkatan pendapatan dan tabungan, khususnya peningkatan pendapatan dan tabungan di negara-negara berkembang seperti China dan India.
Fischer menyebutkan, beberapa faktor pendorong kenaikan harga emas melibatkan kondisi perekonomian AS. Federal Reserve memproyeksikan pertumbuhan PDB AS melambat menjadi 1,5% pada tahun 2024, dengan tingkat pengangguran rata-rata sebesar 4,1%.
Prediksi penurunan inflasi yang berlangsung cukup lama, dipengaruhi oleh gagal bayar utang dan mencapai batas limit utang, juga memicu meninggalkan Dolar AS oleh investor.
Melihat ke depan hingga tahun 2024, FOMC memproyeksikan inflasi PCE inti akan terus membaik dan rata-rata hanya sebesar 2,6% pada tahun depan dan 2,3% pada tahun 2025. Sementara itu, untuk suku bunga dana fed fund akan turun menjadi rata-rata 3,9% pada tahun 2025 dan 2,9% pada tahun 2026.
“Dengan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan di atas, penurunan yang dialami Dolar AS ini diprediksi akan berlangsung lama di tahun 2024,” ujar Fischer.
Fischer mengamati, emas mengalami koreksi di tahun ini yang tak lain disebabkan penguatan dolar Amerika Serikat. Beberapa faktor seperti perdebatan mengenai plafon utang AS, kekhawatiran perbankan, dan sikap hati-hati dari Federal Reserve telah memberikan dampak besar.
Baca Juga: Harga Emas Spot Capai Level Tertinggi 3 Minggu ke US$2.077,01 pada Rabu (27/12)
Meskipun harga emas mencapai rekor tertinggi pada bulan Mei 2023, fluktuasi ini menciptakan ketidakpastian terkait arah pergerakan harga emas selanjutnya. Pada pertengahan tahun 2023, berbagai peristiwa tak terduga seperti inflasi inti AS, Soft Landing di AS, kebijakan moneter The Fed, ekspektasi inflasi, dan risiko geopolitik telah memengaruhi pergerakan emas.
Fischer menilai, tahun 2024 diprediksi masih akan diwarnai oleh ketegangan geopolitik antara AS dan China, meningkatnya risiko konflik Rusia-Ukraina, dan risiko politik dalam negeri. Pemilihan presiden dan umum di berbagai negara G20, termasuk AS turut menjadi peristiwa penting yang perlu menjadi perhatian
Nanang turut melihat periode pemilihan presiden AS perlu dipertimbangkan, bersama situasi konflik geopolitik di Asia, Eropa ataupun Timur Tengah yang masih terus memanas. Emas berpotensi menjadi pilihan selama masa ketidakpastian tersebut.
Indeks dolar kemungkinan bergerak turun di kisaran level 93 – 96 di tahun 2024 karena pengaruh suku bunga dan pilpresi di AS. Oleh karena itu, Nanang mencermati adanya potensi harga emas capai level tertinggi sepanjang masa (ATH) di kisaran US$ 2.144 – US$ 2.200 per ons troi pada tahun 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News