Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. JAKARTA. Harga nikel masih di atas angin. Mengutip Bloomberg, harga nikel di London Metal Exchange (LME) untuk kontrak 3 bulanan berada di level US$ 22.073 per ton pada perdagangan Selasa (18/1). Bahkan, harga nikel sempat menyentuh harga US$ 22.194 per ton pada 14 Januari 2022, yang merupakan level tertingginya sepanjang tahun ini.
Analis Panin Sekuritas Timothy Wijaya menilai, tahun ini seharusnya harga nikel akan relatif bullish. Hal ini melihat stok nikel global yang masih terus menurun, dari sekitar 260.000 ton di tahun 2021 menjadi di kisaran 97.000 ton saat ini.
Ditambah, dengan adanya potensi pungutan pajak ekspor yang akan diberlakukan pemerintah Indonesia, maka harga nikel berpotensi terus meningkat.
“Seiring dengan cost yang akan semakin tinggi dari sisi pembeli, dan juga jumlah ekspor nickel pig iron (NPI) dan feronikel Indonesia yang diharapkan dapat menurun,” terang Timothy kepada Kontan.co.id, Rabu (19/1).
Baca Juga: Indeks BUMN20 Turun, Simak Rekomendasi Saham Berikut
Sebelumnya, pemerintah sedang mengkaji pungutan pajak ekspor untuk sejumlah produk nikel dengan kadar rendah, yakni nikel pig iron dan feronikel. Namun, sampai dengan saat ini belum muncul aturan lebih rinci bagaimana gambaran pungutan ekspor ini nantinya.
Meski demikian, Timothy mengatakan wacana pemerintah tersebut tidak akan berdampak pada kinerja INCO. Sebab, INCO memiliki produk nikel dengan kadar tinggi.
Meskipun harga nikel sedang menanjak, tetapi produksi nikel matte INCO diperkirakan bakal konservatif tahun ini. Timothy memproyeksikan, produksi nikel INCO bakal tidak jauh dari realisasi tahun lalu. Estimasi Panin Sekuritas, volume produksi nikel matte INCO ada di sekitar 62.000 ton.
Proyeksi ini memang sedikit lebih konservatif, melihat proyek rebuild furnace yang akan baru rampung di bulan kelima tahun ini. “Seharusnya produksi akan kembali normal di level 70.000-an ton setelah maintenance selesai,” sambung dia.
Baca Juga: Mirae Asset Sekuritas Rekomendasikan Hold Saham ACES, Simak Ulasannya
Selain harga nikel, prospek INCO juga ditopang oleh rencana bisnisnya yang berpotensi mendukung sektor kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). INCO berencana untuk mengembangkan fasilitas High Pressure Acid Leach (HPAL) dengan Sumitomo Metal Mining (SMM).
Analis Henan Putihrai Sekuritas Andreas Yordan Tarigan berpandangan, HPAL tersebut dapat membuka jalan bagi INCO untuk bergabung dengan ekosistem EV global. Selain itu, INCO bergerak lebih cepat dari holding baterai atau Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk menyelesaikan proyek berkaitan dengan HPAL.
Prospek INCO dinilai atraktif karena memiliki neraca dan struktur modal yang kuat, ditandai dengan posisi kas bersih INCO dengan utang yang rendah. “Oleh karena itu, INCO akan dapat melaksanakan proyek-proyek besarnya bahkan di tengah situasi harga bahan bakar yang tinggi,” terang Andreas.
Tahun ini, Andreas memproyeksikan Vale Indonesia akan membukukan pendapatan senilai US$ 921 juta, dengan laba bersih senilai US$ 170 juta. Henan Putihrai Sekuritas merekomendasikan beli saham INCO dengan target harga Rp 5.600.
Namun, risiko dari rekomendasi ini yakni volume penjualan nikel matte yang lebih rendah dari perkiraan, dimana tahun ini produksi INCO diproyeksi sebesar 66.700 ton. Selain itu, ada pula proyeksi margin EBITDA 2021 dan 2022 yang lebih tipis dari perkiraan.
Senada, Timothy juga masih menyematkan rekomendasi buy saham INCO dengan target harga Rp 6.100.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News