Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun untuk hari kedua pada hari Jumat (19/2). Pelemahan menambah penurunan harga dari level tertinggi baru-baru ini.
Penurunan harga minyak terjadi karena perusahaan energi Texas memulai persiapan untuk memulai kembali ladang minyak dan gas setelah meredanya cuaca yang membekukan dan pemadaman listrik.
Minyak mentah berjangka Brent kontrak April 2021 di ICE Futures turun 1,6% menjadi $ 62,91 per barel pada perdagangan Jumat. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 2,1%, menjadi US$ 59,24 per barel.
Untuk minggu ini, Brent naik sekitar 0,5% sementara WTI turun sekitar 0,7%. Minggu ini, kedua benchmark telah naik ke level tertinggi dalam lebih dari setahun.
"Penurunan harga sejauh ini tampak korektif dan dalam konteks akselerasi harga naik bulan ini," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates kepada Reuters.
Baca Juga: Harga emas pekan ini betah bertahan di bawah level US$ 1.800 per ons troi
Cuaca dingin yang tidak biasa di Texas membatasi produksi minyak mentah hingga 4 juta barel per hari (bph) dan 21 miliar kaki kubik gas alam. Perusahaan energi AS minggu ini memangkas jumlah rig minyak yang beroperasi untuk pertama kalinya sejak November, menurut data Baker Hughes.
Pabrik penyulingan Texas menghentikan sekitar seperlima dari pemrosesan minyak negara itu di tengah pemadaman listrik dan cuaca dingin yang parah. Perusahaan-perusahaan ini diperkirakan memulai kembali produksi pada hari Jumat karena tenaga listrik dan layanan air perlahan dimulai kembali.
Harga minyak melemah meski ada penurunan mengejutkan dalam stok minyak mentah AS pekan lalu, sebelum pembekuan besar melanda. Menurut data Energy Information Administration AS, persediaan minyak mentah pekan lalu turun 7,3 juta barel menjadi 461,8 juta barel, terendah sejak Maret.
Baca Juga: Wall Street bergerak tipis, investor menjual saham teknologi
"Vaksin yang telah kami lihat telah memberikan keuntungan yang kuat, seperti juga upaya OPEC+, Arab Saudi, khususnya, dan pembekuan besar di Texas, yang memberi harga minyak satu lonjakan terakhir minggu ini," kata Craig Erlam, senior analis pasar di OANDA.
Pada Kamis, AS mengatakan siap untuk berbicara dengan Iran tentang kembali ke perjanjian 2015 yang bertujuan untuk mencegah Teheran memperoleh senjata nuklir. Namun, para analis tidak mengharapkan pembalikan sanksi jangka pendek terhadap Iran yang diberlakukan oleh pemerintahan AS sebelumnya.
"Terobosan ini meningkatkan kemungkinan bahwa kita mungkin melihat Iran kembali ke pasar minyak segera, meskipun ada banyak yang harus dibahas dan kesepakatan baru tidak akan menjadi pengulangan dari kesepakatan nuklir 2015," kata analis StoneX Kevin Solomon.
Baca Juga: Kementerian ESDM: Skema subsidi LPG 3 kg masih dalam pembahasan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News