Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat jelang akhir pekan dan menuju kenaikan empat pekan berturut-turut. Jumat (21/7) pukul 7.00 WIB, harga minyak WTI kontrak September 2023 di New York Mercantile Exchange menguat 0,24% ke US$ 75,83 per barel.
Dalam sepekan, harga minyak WTI menguat 0,68% dari posisi US$ 75,32 per barel. Harga minyak WTI mencatat kenaikan empat minggu berturut-turut.
Harga minyak menguat karena persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dan impor minyak mentah yang kuat oleh China. Tetapi prospek permintaan yang lebih lemah membuat investor berhati-hati.
Data ekonomi yang kuat, lapangan kerja yang rendah, dan inflasi yang lebih dingin selama setahun sejak The Fed memulai salah satu kampanye kenaikan suku bunga paling agresif dalam sejarah telah mendukung permintaan minyak AS tahun ini.
Baca Juga: Harga Emas Naik pada Jumat (21/7) Pagi, Menguat 3 Pekan Beruntun
Federal Reserve AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan semalam sebesar 25 basis poin lagi ke kisaran 5,25%-5,50% minggu depan untuk terakhir kalinya dalam siklus pengetatan suku bunga ini.
"Meskipun ekonomi AS terbukti jauh lebih kuat dari yang diharapkan dalam mendukung Dow Jones Industrial Average, kekuatan baru-baru ini tampaknya rentan terutama jika Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 poin minggu depan," kata John Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates kepada Reuters.
Sebelumnya, harga minyak turun setelah data menunjukkan stok minyak AS turun lebih kecil ketimbang perkiraan analis.
Baca Juga: ADB Pangkas Proyeksi Inflasi Indonesia Tahun 2023 Jadi 3,8%
Pemulihan ekonomi China setelah berakhirnya pembatasan Covid-19 telah jauh dari harapan. Impor minyak dari tahun ke tahun melonjak hampir setengahnya di bulan Juni. Tetapi pada saat yang sama tingkat stok naik mendekati level tertinggi sepanjang masa. Pedagang mengatakan China secara pragmatis membeli minyak mentah Rusia yang didiskon.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak atawa Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan Badan Energi Internasional alias International Energy Agency (IEA) mengatakan, permintaan China diperkirakan akan terus meningkat pada paruh kedua tahun ini dan tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan global.
Impor minyak mentah China dari Rusia mencapai level tertinggi sepanjang masa pada bulan Juni, menurut data pemerintah China yang dirilis kemarin. Impor mencapai rekor bahkan ketika diskon terhadap tolok ukur internasional menyempit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News