Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - Di awal pekan lalu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) telah berhasil menembus level US$ 52,22 per barel. Meski cukup disokong berbagai sentimen positif, sejumlah analis melihat komoditas energi ini juga berpotensi mengalami koreksi. Minyak WTI diperkirakan akan mengalami koreksi sesaat sebelum kembali melanjutkan penguatan.
Mengutip Bloomberg, Selasa (26/9) harga minyak WTI kontrak pengiriman November 2017 melemah 0,06% ke level US$ 52,19 per barel. Namun jika dibandingkan sepekan sebelumnya harganya masih menguat sekitar 4,59%.
Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoint Futures mengatakan sebenarnya ketika minyak WTI menyentuh level US$ 52 per barel ini merupakan kondisi rawan koreksi. Menurutnya minyak akan berpotensi mengalami koreksi sesaat sebelum akhirnya melanjutkan penguatan.
“Kalau mampu menembus level resistence di US$ 52 per barel ada kemungkinan harga akan melanjutkan penguatan mengejar level resistance US$ 53 per barel,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (26/9).
Menurutnya untuk satu hingga dua hari kedepan, pergerakan minyak WTI masih tetap dibayangi sentimen negatif dari potensi kenaikan produksi minyak Amerika Serikat (AS). US Energy Information Administration (EIA) telah memperkirakan di tahun 2018 nanti produksi minyak negeri Paman Sam bisa mencapai 10 juta barel per hari. Jumlah tersebut hampir menyamai produksi Arab Saudi dan Rusia yang selama ini dikenal sebagai negara penghasil minyak terbesar.
Oleh sebab itu untuk Rabu (27/9), Deddy menebak harga minyak WTI akan mengalami koreksi terbatas pada rentang US$ 51,20 – US$ 52,80 per barel. Sedangkan untuk sepekan berikutnya masih ada peluang penguatan di rentang US$ 50,60 – US$ 53,90 per barel.
Secara teknikal, pergerakan harga minyak WTI saat ini sudah berada diatas garis moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200 yang mengindikasikan peluang penguatan baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Sinyal serupa juga diperlihatkan dari indikator moving average convergence (MACD) yang berada di area positif. Sebaliknya peluang pelemahan malah diperlihatkan dari indikator stochastic yang sudah overbought di level 84 dan indikator relative strength index (RSI) di level 72.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News