kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45900,65   -5,64   -0.62%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Minyak Turun Saat Persediaan Minyak AS Melonjak


Jumat, 14 Oktober 2022 / 07:50 WIB
Harga Minyak Turun Saat Persediaan Minyak AS Melonjak


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak melemah tipis setelah kemarin menguat 2%. Dalam sepekan, harga minyak mengakumulasi pelemahan.

Jumat (14/10) pukul 7.30 WIB, harga minyak WTI kontrak November 2022 di New York Mercantile Exchange melemah 0,32% ke US$ 88,82 per barel. Dalam sepekan, harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini turun 4,12%.

Sedangkan harga minyak Brent kontrak Desember 2022 di ICE Futures turun 0,22% ke US$ 94,36 per barel. Dalam sepekan, harga minyak acuan internasional ini turun 3,63%.

Baca Juga: Sri Mulyani Peringatkan Dunia dalam Keadaan Bahaya, Mengapa Begitu?

Harga minyak kemarin naik sekitar 2% karena tingkat persediaan diesel yang rendah menjelang musim dingin. Stok sulingan, yang meliputi minyak diesel dan pemanas, turun 4,9 juta barel dalam pekan yang berakhir 7 Oktober, menurut data Energy Information Administration (EIA) AS. Angka ini jauh melebihi ekspektasi untuk penurunan 2 juta barel dan menyebabkan persediaan turun menjadi 106,1 juta barel, terendah sejak Mei.

Tapi ada kenaikan 2 juta stok bensin. Selain itu, persediaan minyak mentah pun melonjak hampir 10 juta barel.

"Bagian yang paling mengganggu dari laporan (EIA) adalah bahwa persediaan penyulingan jauh di bawah rata-rata," kata Phil Flynn, analis Price Futures Group di Chicago kepada Reuters.

 Baca Juga: Inflasi AS di Atas Perkiraan, Bunga The Fed Bakal Naik 75 Basis Poin Bulan Depan

Menteri Energi AS pada Agustus lalu mendesak penyulingan minyak domestik untuk menahan diri dari peningkatan lebih lanjut ekspor bahan bakar seperti bensin dan solar. Menteri Energi menambahkan, pemerintahan Joe Biden mungkin perlu mempertimbangkan untuk mengambil tindakan jika pabrik tidak menambah persediaan.

Pekan ini, EIA memperingatkan bahwa sebagian besar rumah tangga AS akan membayar lebih untuk memanaskan rumah mereka musim dingin ini. Biden kemarin mengatakan bahwa harga bensin AS masih terlalu tinggi.

Banyak investor tetap khawatir bahwa kenaikan inflasi akan mengurangi permintaan bahan bakar. International Energy Agency (IEA) memperingatkan ekonomi global mungkin masuk ke dalam resesi.

Baca Juga: Ini Prediksi Dampak Buruk Pemotongan Pasokan Minyak OPEC+ untuk Dunia

Harga konsumen AS meningkat lebih dari yang diharapkan bulan lalu dan tekanan inflasi yang mendasari terus meningkat. Angka inflasi memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memberikan kenaikan suku bunga 75 basis points keempat bulan depan. Chief Executive Officer JPMorgan Chase & Co Jamie Dimon memperingatkan bahwa inflasi yang terus-menerus dan tinggi dapat memacu suku bunga naik lebih tinggi dari 4,5%. 

IEA memperingkatkan bahwa keputusan OPEC+ minggu lalu untuk memangkas pasokan sebesar 2 juta barel per hari (bph) dapat menyebabkan resesi global. "Rencana OPEC+ ... telah menggelincirkan lintasan pertumbuhan pasokan minyak sepanjang sisa tahun ini dan tahun depan, dengan tingkat harga yang lebih tinggi yang dihasilkan memperburuk volatilitas pasar dan meningkatkan kekhawatiran keamanan energi," kata IEA.

Baca Juga: Wall Street Melonjak Lebih Dari 2% Meski Inflasi AS Tetap Tinggi

IEA menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyaknya sedikit untuk tahun ini menjadi 1,9 juta barel per hari dan 470.000 barel per hari pada 2023 menjadi 1,7 juta barel per hari.

OPEC pada hari Rabu memangkas prospek pertumbuhan permintaan tahun ini sebesar 460.000 barel per hari menjadi 2,64 juta barel per hari. OPEC menyebut, penurunan permintaan disebabkan oleh kebangkitan langkah-langkah penahan Covid-19 China dan inflasi yang tinggi. OPEC menurunkan perkiraan permintaan minyak 2023 sebesar 360.000 barel per hari menjadi 2,34 juta barel per hari.

Pasar energi juga berada di bawah tekanan dari dolar AS yang telah menguat secara luas, termasuk terhadap mata uang berimbal hasil rendah seperti yen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×