Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak turun untuk sesi ketiga berturut-turut pada Rabu (22/5), di tengah ekspektasi Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama karena inflasi yang berkelanjutan. Kebijakan The Fed ini berpotensi berdampak pada penggunaan bahan bakar di konsumen minyak terbesar dunia.
Seperti dikutip Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun 60 sen atau 0,7% menjadi US$ 82,28 per barel, sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun 64 sen atau 0,8% menjadi US$ 78,02 pada pukul 03.46 GMT pada Rabu (22/5).
Pengambil kebijakan The Fed pada Selasa (21/5) menyatakan bank sentral AS harus menunggu beberapa bulan lagi untuk memastikan bahwa inflasi Amerika Serikat (AS) benar-benar kembali ke jalur menuju target 2% sebelum memangkas suku bunga.
Baca Juga: Harga Minyak Rebound Usai Terkoreksi Cukup Dalam, Bagaimana Prospeknya ke Depan?
Biaya pinjaman yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menekan permintaan minyak.
Persediaan minyak mentah dan bensin AS naik pada minggu lalu. Sementara persediaan minyak sulingan turun, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Selasa (21/5).
Menjelang liburan Memorial Day akhir pekan ini, yang mengawali puncak musim mengemudi di musim panas di AS, harga bensin eceran turun selama empat minggu berturut-turut. Harga solar di AS, produk penyulingan utama bagi sektor industri dan transportasi, juga merosot.
Investor sedang menunggu risalah pertemuan kebijakan terakhir The Fed dan data mingguan persediaan minyak AS dari Badan Informasi Energi (EIA) AS yang akan dirilis pada Rabu (22/5).
"Risalah Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan diteliti untuk menilai penilaian Fed terhadap inflasi kuartal pertama yang bergelombang dan petunjuk mengenai waktu dan tingkat potensi penurunan suku bunga pada tahun 2024," kata analis ANZ dalam sebuah laporan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News