Reporter: Agus Triyono, Sunarti Agustina | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Harga minyak mentah dunia melemah dalam tiga hari berturut-turut. Harga minyak melemah karena pasar menunggu data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) kuartal II 2013.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September 2013 di Nymex turun 0,63% menjadi US$ 103,89 per barel, Selasa (30/7) pukul 17.16 WIB.
Survei Bloomberg memperkirakan, ekonomi AS pada kuartal kedua tahun ini hanya akan tumbuh 1% dibanding periode yang sama tahun lalu. Angka prediksi ini lebih kecil ketimbang realisasi pertumbuhan ekonomi AS kuartal pertama sebesar 1,8%.
Prediksi lain adalah tentang penurunan stok minyak AS yang diperkirakan turun menjadi 362 juta barel. Angka ini merupakan level terendah sejak Januari. Data Energy Information Administration AS ini akan dirilis, Rabu ini.
Dari Arab Saudi, Pangeran Alwaleed bin Talal mengatakan bahwa negara penghasil minyak terbesar dunia ini tidak akan meningkatkan kapasitas produksi. Pernyataan ini muncul karena Arab menilai, tingkat permintaan minyak dari sejumlah konsumen minyak dunia terus merosot.
Zulfirman Basir, analis Monex Investindo Futures mengatakan, pernyataan yang diberikan di tengah aksi tunggu pasar terhadap sejumlah rilis data ekonomi penting dunia yang akan dikeluarkan pada minggu-minggu ini telah memberi gambaran kepada pasar atas muramnya prospek permintaan minyak.
Sentimen negatif harga minyak lain, juga datang dari melambatnya laba industri di China dan aksi tunggu pasar terhadap hasil pertemuan yang dilakukan oleh tiga bank sentral besar dunia, yakni Bank Sentral Amerika, Bank Sentral Jepang dan Bank Sentral Australia. Bank Sentral Australia mengungkapkan bahwa angka inflasi masih memberi ruang untuk penurunan suku bunga.
Zulfirman mengatakan, potensi kenaikan harga minyak masih ada karena krisis politik di kawasan penting yang merupakan jalur distribusi dan produksi minyak. "Tapi untuk sementara, sentimen itu kalah kuat," katanya.
Suluh Adil Wicaksono, analis Millennium Penata Futures menambahkan, minyak terpengaruh cadangan minyak AS dan melambatnya pertumbuhan manufaktur China. "Paling tidak sampai akhir pekan ini, harga minyak masih akan melemah," katanya.
Zulfirman menambahkan, sepekan ke depan minyak akan bergerak melemah terbatas secara teknikal. Pelemahan ini bisa dilihat dari indikator stochastic yang berada di level 26 dan cenderung bergerak turun. Namun, harga yang berada di atas moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200 memberi sinyal bahwa kejatuhan tajam harga minyak bisa dicegah.
Zulfirman memperkirakan, sepekan ke depan, harga minyak akan melemah di kisaran US$ 100-US$ 107 per barel. Suluh memprediksi, minyak akan melemah di US$ 100 - US$ 106 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News