Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak dunia mencatatkan penurunan dari level tertinggi dalam dua bulan terakhir. Data Reuters menunjukkan, harga minyak Brent melemah 58 sen menjadi US$ 63,39 per barel, setelah sebelumnya menyentuh lebel US$ 64,27 per barel.
Sementara, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 81 sen menjadi US$ 57,77 per barel, melorot dari level tertinggi US$ 58,74 awal sesi.
Sepanjang minggu ini, harga minyak tak banyak mengalami perubahan.
Penurunan harga minyak terjadi akibat kecemasan mengenai perundingan dagang yang dibayang-bayangi oleh ekspektasi pemangkasan produksi OPEC.
"Situasi AS-China tidak terlihat terlalu positif, sehingga hal itu menghapus reli harga minyak yang terjadi di sepanjang pekan ini," jelas John Kilduff, seorang partner Again Capital Management di New York kepada Reuters.
Baca Juga: Harga minyak terkoreksi tipis karena ketidakpastian penyelesaian perang dagang
Ketidakpastian terkait AS dan China akan mencapai kata sepakat akan meningkatkan sejumlah tekanan pada ekonomi global serta menekan harga minyak.
Pada Jumat, Presiden China Xi Jinping mengatakan China ingin mencapai kata sepakat dengan AS dan berupaya untuk menghindari perang dagang. Namun, dia menegaskan akan membalas jika dirasa perlu.
"Faktor utama untuk outlook permintaan harga minyak adalah negosiasi dagang," jelas Michael McCarthy, chief market strategist CMC Markets and Stockbroking di Sydney.
"Dengan harga minyak mendekati level perdagangan saat ini, tidak mengejutkan saat melihat ada tekanan jual."
Baca Juga: Harga minyak dunia jatuh dari level tertinggi 2 bulan, sentimen AS-China mendominasi
Harga minyak mengalami reli ke level tertinggi sejak akhir September pada Kamis setelah Reuters melaporkan bahwa Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan Rusia akan memperpanjang masa pelaksanaan pemangkasan produksi minyak selama tiga bulan hingga pertengahan 2020, saat mereka menggelar pertemuan pada 5-6 Desember mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News