kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak terbang, ini sentimen pendukungnya


Rabu, 16 Juni 2021 / 20:31 WIB
Harga minyak terbang, ini sentimen pendukungnya
ILUSTRASI. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) di pasar Nymex menyentuh rekor tertinggi lebih dari lima tahun.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak terus naik seiring ekonomi global yang berangsur pulih dan meningkatkan permintaan minyak. Sementara, pasokan minyak konsisten terjaga stabil. 

Mengutip Bloomberg, Rabu (16/6), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) di pasar Nymex menyentuh rekor tertinggi lebih dari lima tahun di US$ 72,43 per barel. Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan harga minyak dalam tren naik karena permintaan meningkat setelah ekonomi global mulai pulih.

Alwi mengamati pemulihan ekonomi bisa terlihat dari beberapa negara yang sudah berhasil pulih dan bangkit dari pandemi Covid-19, seperti China, Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Eropa. "Ketika ekonomi global bangkit diharapkan konsumsi bahan bakar akan meningkat dan akhirnya harga minyak naik," kata Alwi, Rabu (16/6).

Harga minyak berpotensi stabil di level US$ 70 per barel dan akan bergerak naik jika pembatasan aktivitas di berbagai negara sudah mulai longgar. Di satu sisi pasokan minyak cenderung menurun juga mendukung harga minyak terus naik.

Baca Juga: Ini sejumlah faktor mengapa konversi bahan bakar minyak ke LNG perlu ditimbang

American Petroleum Institute (API) melaporkan secara mingguan, cadangan minyak AS menurun 8,5 juta barel pekan lalu. Alwi mengatakan ketika cadangan minyak menurun, maka konsumsi bahan bakar domestik di negara tersebut memang meningkat. Tidak heran naiknya permintaan membuat harga minyak terbang. 

Selain itu, konsistensi OPEC+ untuk membatasi kuota produksi minyak juga berhasil memberi dampak positif pada harga minyak. Ditambah lagi, jika pelaku pasar sempat khawatir Iran akan membanjiri pasokan minyak jika perundingan AS dengan Iran berjalan lancar.

Hingga saat ini, Alwi mengatakan perundingan AS dengan Iran masih buntu, artinya dalam waktu dekat pasokan minyak dari Iran belum akan hadir ke pasar global. Kondisi ini tentunya semakin menyokong harga minyak. 

Baca Juga: Harga minyak melanjutkan kenaikan ke level tertinggi tahun ini

Alwi memproyeksikan tren kenaikan harga minyak akan terus bertahan selama pemulihan ekonomi global terus terjadi. Salah satu pendukung pemulihan ekonomi datang dari distribusi vaksin yang masif. 

Dia proyeksikan harga minyak bisa menyentuh US$ 76 per barel di akhir tahun. Namun, secara teknikal harga minyak berpotensi terkoreksi akibat aksi ambil untung di tengah harga yang sudah naik tinggi. 

"Sentimen positif sedang membanjiri harga minyak, tantangan mungkin saja datang dari Covid-19 gelombang ketiga, tetapi dengan vaksinasi yang semakin masif, seharusnya harga minyak tetap dalam tren naik," kata Alwi yang merekomendasikan buy untuk minyak. 

Baca Juga: Harga CPO kembali ambles 2%, terseret pelemahan harga minyak kedelai

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×