kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak tak punya harapan kembali ke level normal di tahun ini


Jumat, 20 Maret 2020 / 19:11 WIB
Harga minyak tak punya harapan kembali ke level normal di tahun ini
ILUSTRASI. Jumat (20/3), harga minyak mentah jenis WTI mulai merangkak naik 1,45% ke level US$ 27,17 per barel.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingginya tekanan yang terjadi di pasar global, diperkirakan bakal terus menekan pergerakan harga komoditas energi sepanjang 2020. Bahkan, potensi untuk harga minyak kembali merangkak naik ke level normal cukup berat tahun ini.

Mengutip Bloomberg pada perdagangan Jumat (20/3), harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) mulai merangkak naik 1,45% ke level US$ 27,17 per barel. Asal tahu saja, Rabu (18/3) harga minyak sempat menyentuh level terendah US$ 20,37 per barel.

"Harga komoditas energi saat ini sedang dan akan terus mengalami penurunan, bahkan harga minyak tidak punya harapan untuk naik tahun ini," jelas Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono kepada Kontan.co.id, Jumat (20/3).

Baca Juga: Harga gas industri turun, bagaimana prospek Perusahaan Gas Negara (PGAS)?

Ke depan, dia memperkirakan pergerakan harga minyak masih akan bergerak pada kisaran US$ 20 per barel. Kalaupun ada ruang untuk harga minyak kembali menanjak dan menyentuh level normal di kisaran US$ 40 per barel hingga US$ 50 per barel, Wahyu memperkirakan baru akan terjadi di kuartal pertama atau kuartal berikutnya di tahun depan.

Sedangkan hingga akhir tahun, Wahyu memperkirakan harga minyak bakal terparkir di kisaran US$ 30 per barel, dengan rekomendasi jual. Sedangkan untuk investor yang ingin melakukan trading buy, bisa menunggu harga minyak saat menyentuh kisaran US$ 10 per barel atau buy on weakness.

Baca Juga: Rupiah jebol sepekan ini karena corona

"Tanpa isu virus corona, harga komoditas energi sudah kendor, apalagi gas alam yang sudah jeblok, harga batubara yang sulit naik. Apalagi ditambah isu oil trade war antara Arab Saudi-Rusia, sehingga sentimen bukan lagi hanya karena virus tapi soal supply yang bebas," terang Wahyu.

Wahyu menekankan bahwa pergerakan harga komoditas energi khususnya harga minyak mentah saat ini sangat bergantung pada sikap Arab Saudi. Jika bandar minyak dunia tersebut memutuskan untuk mulai memangkas produksi, maka ada harapan penurunan harga minyak akan melambat dan menuju level stabil. "Tapi tidak untuk berada dalam tren bullish," kata dia.

Baca Juga: Harga emas kembali naik menembus US$ 1.500 per ons troi

Di sisi lain, terkait upaya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menahan laju penurunan harga minyak, dinilai Wahyu belum cukup ampuh saat ini. Kabarnya, Trump bakal mendorong Arab Saudi untuk menutup keran produksi dan menggunakan ancaman sanksi terhadap Rusia agar mengurangi produksinya, sebagaimana dikutip dari Wall Street Journal.

Menurut Wahyu, Presiden Rusia Vladimir Putin kemungkinan bakal menolak permintaan Trump untuk mengurangi produksi minyaknya. Mengingat, Negeri Beruang Putih memandang upaya tersebut upaya pemerasan, sehingga perang harga masih akan terus berlanjut ke depan.

Baca Juga: Efek corona, Fitch pangkas pertumbuhan ekonomi global

Di sisi lain, kondisi ekonomi Rusia juga mulai terlihat lesu dan membuat mata uangnya melemah. Kondisi tersebut juga berpotensi membawa Kremlin ke jalur resesi, mengingat negara tersebut menganggarkan harga minyak di atas US$ 40 per barel dan berpotensi defisit tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×