Reporter: Dityasa H Forddanta, Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga minyak dunia sudah jauh meninggalkan level terendah tahun ini, yang di US$ 26 per barel. Namun kenaikan harga minyak tak banyak berpengaruh terhadap kinerja distributor bahan bakar minyak (BBM) PT AKR Corporindo Tbk (AKRA).
Akhir pekan lalu, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) nongkrong di US$ 49,07 per barel. Sedangkan harga minyak mentah Brent senilai US$ 50,54 per barel.
Analis Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe bilang, tren pergerakan harga minyak saat ini sejatinya tidak menggerakkan performa AKRA secara signifikan. Sebab, fungsi utama AKRA adalah sebagai distributor, jadi hanya sekadar price taker, bukan price maker.
Apalagi, sebagian BBM yang didistribusikan merupakan BBM subsidi. "Jadi, dia (AKRA), nanti tidak bisa mengambil untung banyak," ujar Kiswoyo kepada KONTAN, Senin (13/6).
Sejatinya perseroan juga menjual BBM non-subsidi. Namun, penetrasinya terbatas, masih di Pulau Jawa khususnya sekitar Jalur Pantura. Jadi, kondisi ini juga tidak banyak menggerakkan margin bisnis AKRA.
Kiswoyo memprediksi, margin bersih AKRA tidak akan berbeda jauh dibanding tahun lalu, di 5,2%. "Sekarang, prospek AKRA justru ditopang oleh lahan industrinya di Gresik," terang Kiswoyo.
Analis UOB Kay Hian Securities Franky Kumendong memprediksi, meski ada kenaikan grafik harga BBM, kemungkinan tidak akan melampaui level harga tahun lalu. Menurutnya, average selling price (ASP) BBM tahun ini sekitar Rp 6.215 per liter. Angka ini 5% lebih rendah dibandingkan ASP sepanjang tahun lalu.
Margin naik
Jadi, pergerakan harga BBM tahun ini tidak berpengaruh banyak mendongkrak pendapatan konsolidasi perseroan. Catatan saja, kontributor terbesar AKRA adalah penjualan dan distribusi BBM. Hal ini sudah tercermin dari kinerja kuartal I-2016.
Pada periode tersebut, AKRA mencatatkan penurunan pendapatan konsolidasi 25% yoy menjadi Rp 3,57 triliun. Padahal, sepanjang kuartal I lalu volume distribusi BBM AKRA naik 8% yoy menjadi 545.000 kiloliter (KL).
Bercermin dari kinerja kuartal I, Franky merevisi estimasi target pendapatan AKRA tahun ini menjadi Rp 5,25 triliun, dibandingkan sebelumnya Rp 6,27 triliun. Di sisi lain, level harga BBM saat ini menyebabkan margin operasi AKRA tahun ini diprediksi naik menjadi 9,2%, dari 6,7% pada tahun lalu.
Otomatis, margin laba bersih AKRA tahun ini terkerek naik. Prediksinya adalah sebesar 6,8%. Tahun lalu, margin laba bersih AKRA 5,2%. Franky merekomendasikan hold saham AKRA dengan target harga Rp 6.500 per saham. Level harga ini mencerminkan price earning ratio (PER) tahun ini 20,9 kali. Kiswoyo merekomendasikan buy dengan target Rp 7.000 per saham.
Analis Valbury Asia Securities Budi Rustanto juga merekomendasikan buy dengan target harga Rp 7.500 per saham. Dia menitikberatkan rekomendasinya pada penjualan BBM non-subsidi (RON-92) AKRA yang memberikan margin lebih tinggi dan lahan industri di Gresik, JIIPE. Tahun ini, AKRA diprediksi menjual lahan industri 50 ha-60 ha.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News