Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - MELBOURNE. Harga minyak hampir tidak bergerak di awal perdagangan hari ini karena momentum positif dari tanda-tanda pemulihan permintaan bensin Amerika Serikat (AS) diperlemah oleh kekhawatiran tentang penguncian baru dengan infeksi Covid-19 yang cetak rekor baru di Negeri Paman Sam.
Mengutip Reuters, Kamis (9/7) pukul 07.45 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Agustus 2020 di Nymex tidak berubah di level US$ 40,90 per barel. Padahal di sesi sebelumnya, harga minyak WTI naik 0,7%.
Sementara itu, harga minyak mentah Brent kontrak pengiriman September 2020 naik 3 sen menjadi US$ 43,32 per barel. Di hari sebelumnya, minyak Brent naik 0,5%.
"Pasar berjuang untuk mendapatkan keyakinan yang kuat ke atas pada titik saat ini," kata Lachlan Shaw, Head of Commodity Research National Australia Bank. "Ada beragam bukti sesuai permintaan."
Baca Juga: Harga minyak WTI ditutup di atas US$ 40 per barel berkat kenaikan konsumsi bensin AS
Pada Rabu (8/7), harga minyak memang mendapat sokongan setelah data Energy Information Administration menunjukkan cadangan bensin AS turun 4,8 juta barel di pekan lalu. Realisasi ini jauh lebih banyak daripada yang diperkirakan para analis. Mengingat permintaan bensin di pekan yang berakhir 4 Juli tersebut naik menjadi 8,8 juta barel per hari, tertinggi sejak 20 Maret.
Namun kenaikan diperlambat karena lonjakan kasus Covid-19 di beberapa negara bagian AS meningkatkan prospek penguncian baru yang menahan pemulihan permintaan bahan bakar.
Itu telah membuat kontrak minyak mentah patokan dalam kisaran ketat minggu ini, meskipun bertahan di atas $ 40.
Permintaan bensin turun di daerah yang sedang melonggarkan lockdown di AS. Lihat saja, permintaan di pantai timur AS, tempat infeksi virus corona terkendali, pulih dengan baik.
Namun, AS melaporkan ada lebih dari 59.000 kasus Covid-19 baru pada hari Rabu, peningkatan terbesar yang pernah dilaporkan oleh suatu negara dalam satu hari, dengan infeksi meningkat di 42 dari 50 negara, menurut penghitungan Reuters.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News