Reporter: Grace Olivia | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah terus menanjak hingga menyentuh level tertingginya sejak November 2014. Pada penutupan perdagangan, Jumat (4/5), harga minyak West Texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni 2018 di New York Mercantile Exchange (NYMEX) naik 1,99% ke level US$ 69,79 per barel.
Menurut laporan Reuters, harga minyak WTI telah mengalami kenaikan 2,3% dalam pekan ini. Begitu pun dengan harga minyak Brent untuk pengiriman Juli 2018 di ICE Futures yang kemarin ditutup naik 1,7% ke level 74,87 per barel. Minyak Brent mengakhiri pekan dengan kenaikan sebesar 0,3%.
Kenaikan harga minyak mentah ini masih disokong oleh sentimen konflik Amerika Serikat (AS) dan Iran. Kamis (3/5) lalu, Menteri Luar Negeri Iran menolak permintaan AS kepada Uni Eropa untuk mengubah perjanjian internasional tentang program nuklir kedua negara yang dibuat pada 2015 silam.
Presiden AS Donald Trump memberi tenggat waktu sampai 12 Mei kepada Uni Eropa untuk melakukan perubahan tersebut.
AS mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada Iran yang berpotensi menghambat produksi minyak negara tersebut. Sejak awal 2016, Iran kembali menjadi salah satu negara eksportir minyak terbesar pasca sanksi internasional terhadap program nuklirnya di Teheran dihentikan.
Analis ANZ, Daniel Hynes dan Soni Kumari, kepada Reuters mengatakan, minyak Brent dapat mencapai US$ 80 per barel pada akhir tahun ini lantaran meningkatnya risiko geopolitik dan kondisi pasokan global yang lebih ketat.
"Kami memperkirakan pasar akan semakin ketat pada semester kedua 2018," ujar keduanya.
Namun, peningkatan pasokan minyak mentah AS masih membatasi kenaikan harga. Energy Information Administration menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah pekan lalu bertambah 6,2 juta barel.
Produksi minyak AS pun mencapai rekor tertinggi baru pada 10,62 juta barel per hari. Baker Hughes dari perusahaan jasa energi General Baker menyebut, hingga 4 Mei lalu, total rig minyak AS mencapai 834 buah, tertinggi sejak Maret 2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News