Reporter: Dwi Nicken Tari, Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO) terus tertekan seiring meningkatnya pasokan. Di sisi lain, permintaan CPO belum mampu mendorong harga. Mengutip Bloomberg, Rabu (12/8) pukul 14.20 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Oktober 2015 di Malaysia Derivative Exchange turun 0,78% ke RM 2.024 per metrik ton. Ini merupakan level terendah tahun ini.
Sepekan terakhir harga CPO anjlok 0,64%. Berdasarkan data Malaysian Palm Oil Board (MPOB) awal pekan lalu, persediaan CPO bulan Juli 2015 naik 5,3% menjadi 2,27 juta metrik ton dibanding sebulan sebelumnya. Sementara produksi naik 2,9% menjadi 1,82 juta ton, ini produksi bulanan tertinggi sejak Oktober 2014.
Ariston Tjendra, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, menjelaskan, pergerakan harga CPO selalu mengikuti harga minyak mentah. Sementara harga minyak sudah terjun ke US$ 43,03 per barel.
Koreksi yuan membuat dollar AS melambung yang akhirnya memukul komoditas. "El Nino yang bisa mempengaruhi pasokan CPO belum terlihat dampaknya," imbuh Ariston.
Research and Analyst PT Fortis Asia Futures Deddy Yusuf Siregar menjelaskan, sentimen negatif bagi harga CPO terus datang dari China setelah People Bank of China (PBoC) mengeluarkan kebijakan devaluasi terbaru. “Hal ini berpotensi menurunkan daya beli komoditas, khususnya CPO,” kata Deddy.
Permintaan India
Selain China, India juga menjadi salah satu importir CPO terbesar di dunia. Ariston berharap pemintaan India bisa menjadi pendorong kenaikan harga CPO. "Jika harga CPO murah, ada potensi pertumbuhan permintaan," ujar Ariston. Menurut estimasi lima industri pengolahan broker yang dikumpulkan oleh Bloomberg, impor CPO di India melonjak 44% year on year (yoy) menjadi 950.000 metrik ton pada bulan Juli 2015.
Deddy bilang, jika harga RM 2.000 belum ditembus dan ekspor tetap tinggi, harga CPO berpeluang naik lagi. Tapi Ariston pesimistis, dan melihat harga CPO hingga akhir tahun berpeluang ke bawah RM 2.000. Secara teknikal, Deddy melihat, harga jauh di bawah moving average (MA) 50, MA 100, dan MA 200.
MACD berada di area minus 52. Stochastic minus 7,76. RSI di area 24 oversold menandakan harga berpotensi rebound. Deddy menduga, harga CPO bisa rebound Kamis (13/8) di RM 2.040–RM 2.000. Sepekan ke depan, harga di RM 2.000–RM 2.055.
Sedangkan Ariston menduga, harga sepekan ke depan melemah di RM 1.980-RM 2.100 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News