kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga Minyak Sawit Masih Bullish, Simak Rekomendasi Saham Emiten CPO Pilihan Analis


Senin, 14 Februari 2022 / 16:44 WIB
Harga Minyak Sawit Masih Bullish, Simak Rekomendasi Saham Emiten CPO Pilihan Analis
ILUSTRASI. Panen kelapa sawit pada perkebunan milik PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP).


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek emiten produsen minyak sawit mentah atau crude palm oil diyakini masih cerah tahun ini. Prospek ini dengan menimbang harga komoditas perkebunan tersebut yang masih akan solid.

Andreas Kenny, Analis BRI Danareksa Sekuritas melihat harga CPO masih akan tinggi sepanjang tahun ini. Produksi sawit Indonesia secara nasional juga tidak akan bertumbuh banyak. Justru, Andreas melihat adanya kemungkinan produksi CPO menurun mulai tahun ini.

“Ditambah harga minyak bumi yang terus meningkat membuat outlook harga CPO makin bullish,” terang Andreas kepada Kontan.co.id, Senin (14/2).

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Juan Harahap memperkirakan produksi minyak sawit Indonesia hanya akan tumbuh satu digit, yakni sebesar 4,5% secara year-on-year (YoY). Proyeksi ini mengingat produktivitas yang rendah akan bertahan di sepanjang tahun ini.

Baca Juga: Itama Ranoraya (IRRA) Siapkan Capex Hingga Rp 50 Miliar Tahun Ini

Untuk Malaysia yang merupakan salah satu produsen utama CPO dunia, Juan memperkirakan produksi minyak sawit akan tumbuh sebesar 5,0% YoY. Juan memperkirakan kekurangan tenaga kerja akan segera teratasi pada tahun ini.

Produksi CPO di Negeri Jiran tersebut tercatat melemah 5,2% yoy pada tahun 2021 menjadi 18,1 juta ton, sementara output CPO Indonesia cenderung stagnan, yakni menurun 0,3% yoy menjadi 46,9 juta ton tahun lalu.

Angka tersebut sejalan dengan ekspektasi Mirae Asset Sekuritas. Produksi CPO Malaysia yang lebih rendah didorong oleh masalah kekurangan tenaga kerja. Untuk Indonesia, angka produksi yang stagnan disebabkan oleh pelaksanaan penanaman kembali (replanting) yang kurang masif,  yang menyebabkan tanaman menua (kurang produktif).

Rendahnya produksi mendorong harga CPO global meningkat menjadi MYR 5.159 per ton atau meningkat sebesar 34,0% YoY pada tahun 2021. Akibatnya, harga minyak goreng juga naik sebesar 34% menjadi Rp 21.000.  Menyikapi hal tersebut, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengeluarkan beberapa peraturan, diantaranya menetapkan harga eceran tertinggi minyak goreng.

Pemerintah juga menetapkan aturan domestic market obligation (DMO) sebesar 20% berdasarkan volume ekspor serta menetapkan domestic price obligation.

Baca Juga: Yuk Intip Rekomendasi Saham SIDO, KLBF, IRRA, dan KAEF

Juan melihat, kebijakan ini akan berdampak bagi PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Peraturan ini akan berdampak negatif terhadap pendapatan AALI karena akan menghambat harga jual rerata atau average selling price (ASP), yang pada akhirnya menyebabkan margin lebih yang rendah di masa depan.

Juan mencatat bahwa per kuartal ketiga 2021 AALI memiliki porsi ekspor 45% dan porsi penjualan domestik sebesar 55%.

Sementara itu, Juan menilai kebijakan ini berdampak netral terhadap PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP). Sebab, semua volume penjualan LSIP diarahkan ke pasar domestik.

Mirae Asset Sekuritas mempertahankan rating overweight di sektor perkebunan. Saham AALI menjadi pilihan utama (top picks) di tengah harga CPO yang tinggi saat ini. Top picks ini mempertimbangkan hasil  tandan buah segar (TBS) yang lebih tinggi dibandingkan dengan peers-nya yang dikombinasikan dengan area tanam yang luas.

Juan mempertahankan rekomendasi beli saham AALI namun dengan target harga yang lebih rendah, yakni Rp 12.100 dari sebelumnya Rp12.700. Juan juga mempertahankan rekomendasi beli saham LSIP dengan target harga yang tidak berubah, yakni Rp1.900.

Sementara Andreas merekomendasikan saham AALI dengan target harga Rp 19.000, saham LSIP dengan target harga Rp 2.000, saham PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) dengan target harga Rp 2.000, dan saham PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) dengan target harga Rp 1.000. Ini merupakan target harga untuk tahun 2022

Andreas bilang, dirinya sudah memperhitungkan adanya  arus dana asing atau foreign inflow ke sektor ini seiring pasokan CPO yang semakin terbatas. “Sehingga, pergerakan harga saham juga dapat mengikuti tren harga CPO yang terus tinggi,” pungkas Andreas.

AALI tetap hati-hati

Dihubungi secara terpisah, Direktur Utama Astra Agro Lestari, Santosa melihat produksi pada kuartal pertama  ini masih akan melemah. Kemungkinan hal ini juga akan tetap berlanjut sampai kuartal kedua 2022.

Dengan melemahnya supply disertai dengan permintaan pasar internasional yang tetap solid, Santosa menilai harga CPO semestinya masih akan bullish.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini harga CPO dunia telah mencapai tingkat yang sudah sangat tinggi.  Bahkan kebersaingannya dengan minyak nabati lain sudah sangat rendah. “Oleh karenanya, kami menyikapi dengan cukup hati-hati,” terang Santosa kepada Kontan.co.id, Senin (14/2).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×