Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak naik pada hari Kamis (16/6) dalam perdagangan yang kacau setelah Amerika Serikat (AS) mengumumkan sanksi baru terhadap Iran. Pasar energi tetap fokus pada kekhawatiran pasokan yang telah membuat harga melonjak tahun ini.
Pasar tergelincir sebelumnya karena kenaikan suku bunga di AS, Inggris, dan Swiss memicu kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi global.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent menetap di US$119,81, naik US$1,30, atau 1,1%. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berakhir naik US$2,27 atau 2% pada US$117,58.
Setelah aksi jual, pembeli melompat kembali ke pasar karena sebagian besar peramal memperkirakan pasokan akan tetap ketat selama beberapa bulan.
"Banyak dari itu hanya masalah pasokan dan itu harus diselesaikan," kata Eli Tesfaye, analis pasar RJO Futures.
“Saat ini tidak ada perlambatan permintaan global sehingga aksi jual apa pun akan dilihat sebagai peluang dan itulah yang benar-benar kita lihat hari ini.”
Baca Juga: Transisi Energi Terbarukan Secara Global Belum Terwujud
Badan Energi Internasional memperkirakan permintaan akan meningkat lebih lanjut pada tahun 2023, tumbuh lebih dari 2% ke rekor 101,6 juta barel per hari.
Optimisme bahwa permintaan minyak China akan pulih karena pelonggaran pembatasan Covid-19 juga menopang harga.
Analis mengatakan, harga mendapat dorongan dari keputusan Washington untuk menjatuhkan sanksi pada perusahaan China, Emirat dan Iran yang membantu mengekspor petrokimia Iran.
Selain itu, produksi minyak Libya telah runtuh menjadi 100.000-150.000 barel per hari, sebagian kecil dari 1,2 juta barel per hari yang terlihat tahun lalu, dan para analis tetap khawatir bahwa negara itu dapat memiliki masalah yang berkelanjutan dalam pengiriman minyak di tengah kerusuhan.
Harga tergelincir lebih dari 2% semalam setelah Federal Reserve AS menaikkan suku bunga utamanya sebesar 0,75%, kenaikan terbesar sejak 1994.
“Begitu Anda menaikkan suku bunga setinggi itu juga dan Anda tahu itu akan terjadi bulan depan, banyak pelanggan ritel mengalami kesulitan berdagang begitu Anda mulai menaikkan biaya perdagangan mereka,” kata Robert Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.
Pada hari Kamis, saham Eropa jatuh setelah kenaikan suku bunga yang mengejutkan dari Swiss National Bank. Hal ini diikuti oleh kenaikan suku bunga oleh Bank of England.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News