kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak naik tipis setelah turun dua hari berturut-turut


Kamis, 19 September 2019 / 07:36 WIB
Harga minyak naik tipis setelah turun dua hari berturut-turut
ILUSTRASI. Asap sisa ledakan di kilang minyak Aramco, Abqaiq, Arab Saudi (14/9/2019).


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak terangkat tipis setelah turun dalam dua hari perdagangan terakhir. Kamis (19/9) pukul 7.16 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober 2019 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 58,17 per barel, naik tipis ketimbang harga penutupan kemarin pada US$ 58,11 per barel.

Sejalan, harga minyak brent untuk pengiriman November 2019 di ICE Futures pagi ini pun naik tipis ke US$ 63,61 per barel dari harga penutupan kemarin pada US$ 63,60 per barel.

Kemarin, harga minyak WTI turun 2,07%, menyusul pelemahan hari sebelumnya sebesar 5,66%. Harga minyak brent pun kemarin melemah hingga 1,47% setelah turun 6,48% di hari sebelumnya.

Baca Juga: Prediksi Kurs Rupiah: Pasar Mulai Kembali ke Aset Berisiko

Harga minyak masih stabil setelah lonjakan akibat serangan atas fasilitas minyak Arab Saudi akhir pekan lalu. Kemarin, Saudi mengatakan bahwa pemulihan produksi kembali ke titik sebelum serangan akan tercapai pada akhir September ini.

Pernyataan tersebut menyebabkan harga minyak turun dalam dua hari terakhir. Meski sudah turun, harga minyak hari ini masih mencapai lebih tinggi sejak akhir Juli hingga sebelum serangan pekan lalu.

"Ukuran dan durasi gangguan pasokan serta ketersediaan opsi pasokan lain, termasuk pelepasan persediaan strategis dan pertumbuhan permintaan pada akhirnya akan menggerakkan harga minyak," kata Center for Strategic & International Studies (CSIS) dalam catatan yang dikutip Reuters.

Baca Juga: Arah harga minyak tergantung hubungan Arab dan Iran

International Energy Agency mengatakan bahwa belum perlu melepas stok minyak darurat. "Sepanjang kita melihat volatilitas tinggi akibat eskalasi geopolitik dan masalah pelemahan permintaan dan oversupply hingga 2020, pada umumnya harga minyak masih mendatar," kata analis Tudor Pickering Holt dalam catatan.

Menteri Energi Saudi Abdulaziz bin Salman mengatakan bahwa produksi rata-rata minyak Saudi akan mencapai 9,89 juta barel per hari pada September dan Oktober. Kapasitas produksi akan mencapai 11 juta barel per hari pada akhir September dan 12 juta barel per hari pada akhir November.

Sementara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kemarin mengatakan bahwa dia akan merinci tambahan sanksi bagi Iran dalam 48 jam ke depan, setelah sebelumnya mengumumkan lewat Twitter. Langkah ini menyusul penegasan AS bahwa Iran berada di balik serangan fasilitas Saudi akhir pekan lalu.

Goldman Sachs mengatakan, pasar minyak memiliki sumber daya yang cukup di luar minyak shale. Saudi dan China menambah stok. OPEC pun masih memiliki kapasitas yang longgar, untuk mengimbangi penurunan produksi tanpa melepas cadangan minyak darurat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×